BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Pangan (bahan makanan)
merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Komposisi umum bahan makanan
baik yang berasal dari hewan (ternak) maupun tumbuhan terdiri atas protein,
karbohidrat, dan lemak yang mengandung banyak senyawa atau zat gizi yang sangat
bermanfaat (Winarno, 2004). Bahan pangan
diperlukan tubuh untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan yang rusak, mengatur
proses di dalam tubuh, perkembangbiakan, dan menghasilkan energi untuk
kepentingan berbagai kegiatan.
Disamping itu pangan juga
didefinisikan sebagai suatu kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia.
Beberapa kasus keracunan atau penyakit karena mengonsumsi makanan yang tercemar
mikroba telah banyak terjadi di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa keamanan
pangan masih perlu mendapat perhatian yang lebih serius. Penyakit yang
disebabkan oleh mikroba yang sering menimbulkan masalah antara lain adalah
antraks, foodborne disease, dan waterborne disease, sedangkan
mikroba yang biasa mencemari bahan pangan asal ternak di antaranya adalah Salmonella
sp., Escherichia coli, Coliform, Staphylococcus sp.,
dan Pseudomonas (Winarno, 1997).
Hal ini disebabkan bahan pangan asal
ternak merupakan media yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroorganisme
patogen. Tulisan ini bertujuan untuk mengulas cemaran mikroba pada bahan pangan
asal ternak khususnya daging dan susu, penyakit yang ditimbulkan, dan strategi
pengendaliannya. Informasi yang disajikan diharapkan dapat memberikan pemahaman
dan membangkitkan kesadaran tentang pentingnya menghasilkan produk ternak yang
bermutu, bergizi, halal, dan aman dikonsumsi melalui penerapan sistem keamanan
pangan dalam setiap proses produksi, mulai dari tahap budi daya (good farming
practices), pascapanen (good handling practices), dan pengolahan (good
manufacture practices) hingga makanan siap disajikan di meja.
Jika tidak dipilih
secara hati-hati atau tidak diolah dengan cara-cara yang benar, pangan dapat
membahayakan kesehatan konsumen yang menyantapnya, karena bisa tercemar oleh
bahan¬bahan berbahaya. Bahan-bahan berbahaya itu masuk bersama-sama dengan
pangan ke dalam tubuh dan menimbulkan penyakit atau keracunan. Ada beberapa
jenis bahaya dalam pangan, yang dapat dikelompokkan ke dalalam tiga jenis,
yaitu: bahaya biologis, bahaya kimia dan bahaya fisik.
Bahaya biologis adalah bahaya berupa cemaran mikroba penyebab penyakit (patogen), virus, dan parasit yang dapat menyebabkan keracunan atau penyakit jika termakan oleh manusia. Cemaran mikroba ini dapat berasal dari udara, tanah, air dan tempat-tempat lainnya yang kotor.
Bahaya biologis adalah bahaya berupa cemaran mikroba penyebab penyakit (patogen), virus, dan parasit yang dapat menyebabkan keracunan atau penyakit jika termakan oleh manusia. Cemaran mikroba ini dapat berasal dari udara, tanah, air dan tempat-tempat lainnya yang kotor.
Demikaian juga virus hepatitis A dan
parasit misalnya cacing dapat berasal dari lingkungan yang kotor. Umumnya
cemaran mikroba dibawa oleh hama yaitu serangga seperti lalat, kecoa dan
binatang pengerat seperti tikus, dan binatang pembawa penyakit lainnya.
Tujuan
dan Manfaat
Adapun
tujuan dan manfaat dari penyusunan makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui tentang apa itu
mikroba, pangan dan bahan pangan.
2.
Mengetahui hubungan antara
mikroorganisme dengan makanan (bahan pangan).
3.
Mengetahui cemaran mikroba dalam bahan
pangan.
4.
Mengetahui dampak atau akibat dari
cemaran mikroba dalam bahan pangan.
5.
Dan untuk mengetahui cemaran
pengendalian mikroba.
BAB
II
PEMBAHASAN
DEFINISI
Pangan (bahan makanan) merupakan kebutuhan pokok bagi setiap
manusia. Komposisi umum bahan makanan baik yang berasal dari hewan (ternak)
maupun tumbuhan terdiri atas protein, karbohidrat, dan lemak yang mengandung
banyak senyawa atau zat gizi yang sangat bermanfaat. Bahan pangan diperlukan
tubuh untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan yang rusak, mengatur proses di
dalam tubuh, perkembangbiakan, dan menghasilkan energi untuk kepentingan
berbagai kegiatan.
Di samping sangat bermanfaat itu tubuh, pangan juga mudah
terkontaminasi oleh berbagai jenis bahan (cemaran) yang berbahaya. Bahan atau
bahaya (hazards) yang dapat mencemari/mengkontaminasi pangan, terdiri dari :
1.
Bahaya
biologis berupa cacing, parasit, bakteri (mikroba), cendawan/fungi, virus,
riketsia
2.
Bahaya
kimia berupa toksin bakteri, mikotoksin, cemaran logam berat, residu
antimikroba
3.
Bahaya
fisik berupa serpihan kaca, potongan kayu, logam, batu, rambut, benang, dll.
Adanya cemaran biologis pada pangan dapat mengakibatkan
terjadinya foodborne diseases, yaitu penyakit pada manusia yang ditularkan
melalui makanan atau minuman yang tercemar. Pangan asal ternak yang terdiri
dari daging, telur, susu,pangan asal laut, dan hasil olahannya (seperti
dendeng, bakso, sosis, abon, kornet, burger, mentega, es krim, youghurt,
mayonaise, dll.) merupakan bahan pangan yang mengandung protein tinggi,
keasaaman (pH) kira-kira 4,6 dan kandungan air tinggi (aW >0,85). Hal ini
merupakan media yang sangat baik untuk perkembangan mikroorganisme patogen.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pangan asal ternak mudah tercemar oleh
bakteri patogen penyebab foodborne disease.
Saat ini foodborne diseases telah menjadi salah satu isu penting bagi kesehatan masyarakat, dan lebih dari 250 foodborne diseases telah dilaporkan di seluruh dunia. Sebagian besar penyakit tersebut bersifat infeksius yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit.
Saat ini foodborne diseases telah menjadi salah satu isu penting bagi kesehatan masyarakat, dan lebih dari 250 foodborne diseases telah dilaporkan di seluruh dunia. Sebagian besar penyakit tersebut bersifat infeksius yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit.
Penyakit lainnya adalah keracunan yang disebabkan oleh
toksin/racun dan bahan kimia yang mencemari makanan. Di Amerika dilaporkan
bahwa biaya (cost) karena foodborne diseases diperkirakan mencapai $US
20-55 milyard/tahun, yang terdiri dari biaya untuk pengobatan, penurunan
produktifitas kerja, kehilangan kesempatan kerja, dan lain-lain. Dari kira-kira
13,8 juta kasus foodborne diseases yang dilaporkan ternyata sebanyak 67%
disebabkan oleh cemaran virus, 30% oleh bakteri, dan 3% disebabkan oleh parasit
dan jamur (Syarifah, 2002).
Apa
Yang Disebut Mikroba?
Mikroba adalah mahkluk hidup yang sangat kecil yang hanya
dapat dilihat dengan menggunakan alat pembesar yang disebut mikroskop. Pada prinsipnya mikroba dibagi ke dalam empat
kelompok besar, yaitu: bakteri, kapang, kamir dan virus. Mikroba dapat menguntungkan manusia, misalnya
mikroba yang aktif di dalam proses fermentasi pangan seperti tempe yang
mengandung kapang yang disebut Rhizopus oligosporus, kapang Neurospora
sitophila yang tumbuh pada oncom merah, kamir atau ragi Saccharomyces cerevisae
pada tape singkong atau tape ketan, dan Lactobacillus plantarum pada acar dan
sayur asin (Syarifah, 2002).
Di samping ada yang menguntungkan, ada juga mikroba yang
merugikan, yaitu mikroba pembusuk dan patogen. Mikroba pembusuk adalah mikroba
yang dapat menguraikan bahan sehingga menjadi busuk, misalnya busuknya bahan
pangan. Mikroba patogen adalah mikroba yang dapat menimbulkan penyakit pada
manusia seperti bakteri tbc, tifus, disentri, kolera dan sebagainya.
Bakteri-bakteri tertentu dapat juga menghasilkan racun yang jika termakan akan
menimbulkan bahaya kesehatan bagi manusia.
Di samping bakteri, kapang juga dapat menghasilkan racun
seerti Aspergillus flavus yang menghasilkan racun aflatoksin. Kapang ini sering
tumbuh pada biji-bijian seperti jagung, dan kacang-kacangan seperti kacang
tanah, jika kondisi penyimpanannya buruk, yaitu hangat dan lembab. Mikroba
tumbuh dengan baik pada bahan yang lingkungan lembab dan hangat, mengandung zat
gizi baik seperti pada bahan pangan, pada lingkungan yang kotor. Oleh karena
itu, bahan pangan mudah sekali diserang mikroba jika berada pada lingkungan
yang kotor. Cemaran mikroba patogen dan mikroba penghasil racun ini merupakan
bahaya biologis dalam pangan.
Bagaimana Bahan Kimia Timbul Dalam
Pangan?
Bahaya Kimia adalah
bahaya berupa cemaran bahan-bahan kimia beracun yang dapat menyebabkan
keracunan atau penyakit jika termakan oleh manusia, seperti residu pestisida,
logam berbahaya, racun yang secara alami terdapat dalam bahan pangan, dan
cemaran bahan kimia lainnya (Syarifah,
2002).
Bahan pangan seperti sayuran dan buah-buah dapat tercemar
pestisida di kebun karena penggunaan pestisida dengan takaran yang berlebihan
atau karena penyemprotan pestisida masih dilakukan walaupun sayuran atau
buah-buahan hendak dipanen. Sayuran dapat tercemar logam berbahaya karena
selalu disiram dengan air sungai yang tercemar oleh logam berbahaya dari
buangan industri kimia.
Beberapa jenis ikan laut mengandung racun alami yang dapat
membahayakan manusia jika termakan. Kacang tanah telah berjamur mungkin
ditumbuhi kapang Aspergillus flavus yang menghasilkan sejenis racun yang
disebut aflatoksin. Tempe bongkrek dapat tercemari racun bongkrek sebagai
akibat dari proses pembuatan yang salah (Syarifah, 2002).
Bahaya fisik adalah bahaya karena adanya cemaran-cemaran
fisik seperti benda-benda asing yang dapat membahayakan manusia jika termakan,
seperti pecahan gelas, pecahan lampu, pecahan logam, paku, potongan kawat,
kerikil, stapler dan benda asing lainnya.
Bahan
Pangan dan Resiko Bahaya
Resiko bahaya dari bahan pangan atau makanan sangat beragam
tergantung antara lain pada jenis dan tempat diperolehnya, dan pada peka
tidaknya bahan pangan atau makanan itu terhadap kerusakan, khususnya kerusakan
karena mikroba.
Bahan pangan dapat mengalami kerusakan dengan kecepatan yang
berbeda-beda tergantung pada jenisnya, seperti digolongkan sebagai berikut
(Cahyadi, 2006):
1.
Bahan
pangan yang mudah rusak, misalnya bahan pangan yang berasal dari hewan seperti
daging, susu, telur dan ikan.
- Bahan pangan yang agak mudah rusak,misalnya sayuran dan buah-buahan, dan
- Bahan pangan yang tidak mudah rusak, misalnya biji-bijian dan kacang-kacangan yang kering seperti gabah kering, jagung pipil kering dan kacang kedelai kering.
Umumnya bahan pangan yang mudah rusak beresiko mengandung
bahaya biologis karena tercemar mikroba. Bahan pangan yang bersifat mudah rusak
umumnya mengandung air dalam kadar yang tinggi sehingga mudah ditumbuhi
bakteri. Dengan demikian, bahan pangan atau makan di bawah ini beresiko mengandung
bahaya biologis (Cahyadi, 2006):
1.
daging
dan hasil olahnya
- susu dan hasil olahnya
- telur dan hasil olahnya
- ikan dan hasil olahnya
- sayur dan hasil olahnya
- buah-buahan yang rasanya tidak asam
- santan
Bahan
Pangan Atau Makanan Beresiko Bahan Kimia
1.
Bahan
pangan atau makanan yang secara alami mengandung racun (singkong, racun, ikan
laut yang beracun, tempe bongkrek, dsb.)
- Bahan pangan atau makanan yang tercemar pestisida, pupuk kimia, antibiotika, logam berbahaya, dan cemaran kimia lainnya.
- Bahan tambahan yang terlarang atau bahan tambahan pangan yang melebihi takaran maksimum ynag diizinkan dalam penggunaannya.
- Bahan pangan atau makanan yang tercemar racun kapang, misalnya biji-bijian atau kacang-kacangan yang disimpan pada kondisi penyimpanan salah. Penyimpanan yang salah adalah penyimpanan pada ruangan yang terlalu lembab dan hangat.
Bahan pangan atau makanan yang kotor karena tercemar
benda-benda asing seperti pecahan gelas, potongan tulang, potongan kayu,
kerikil, rambut, kuku, sisik dan sebagainya. Makanan yang dibungkus plastik
atau daun dengan menggunakan stapler beresiko bahaya fisik, karena stapler yang
terlepas dapat masuk ke dalam makanan tanpa diketahui.
Mikroorganisme dalam
Bahan Makanan
Bahan
makanan merupakan salah satu tempat yang paling memungkinkan bagi pertumbuhan
mikroorganisme. Irianto (2007) menyebutkan beberapa alasan yang mendasari
pentingnya mikroorganisme dalam bahan makanan, yaitu:
1.
Adanya mikroorganisme, terutama jumlah dan
macamnya dapat menentukan taraf mutu bahan makanan.
2.
Mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan
kerusakan bahan makanan.
3.
Beberapa jenis mikroorganisme tertentu
dapat digunakan untuk membuat produk-produk makanan khusus.
4.
Mikroorganisme dapat digunakan sebagai
makanan atau makanan tambahan bagi manusia dan hewan.
5.
Beberapa penyakit dapat berasal dari
makanan.
Mikroba Patogen pada Makanan
Bahan makanan, selain
merupakan sumber gizi bagi manusia, juga merupakan sumber makanan bagi
mikroorganisme. Pada umumnya bahan makanan merupakan media yang baik bagi pertumbuhan
mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan dapat menyebabkan
perubahan yang menguntungkan seperti perbaikan bahan pangan secara gizi, daya
cerna ataupun daya simpannya. Selain itu pertumbuham mikroorganisme dalam bahan
pangan juga dapat mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak
diinginkan, sehingga bahan pangan tersebut tidak layak dikomsumsi (Syarifah,
2002) Kejadian ini biasanya terjadi pada pembusukan bahan pangan. Bahan pangan
dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk pertumbuhan
mikroorganisme patogenik dan organisme lain penyebab penyakit.
Irianto (2007)
menjelaskan proses-proses peruraian bahan makanan oleh mikroorganisme adalah
sebagai berikut :
1.
asam amino + amin + amonia + hidrogen
sulfidaàBahan
pangan protein + mikroorganisme proteolitik.
2.
asam + alkohol gasàBahan
pangan berkarbohidrat + mikroorganisme peragi karbohidrat.
3.
asam lemak + gliserolàBahan
pangan berlemak + mikroorganisme lipolitik
Keberadaan mikroorganisme dalam suatu bahan makanan disebabkan karena bahan makanan tersebut mengandung nutrient yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri.
Keberadaan mikroorganisme dalam suatu bahan makanan disebabkan karena bahan makanan tersebut mengandung nutrient yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri.
Kontaminasi
mikroorganisme pada bahan makanan dapat menyebabkan penyakit, seperti tifus,
kolera, disentri, atau tbc, yang mudah tersebar melalui bahan makanan.
Gangguan-gangguan kesehatan, khususnya gangguan perut akibat makanan
disebabkan, antara lain oleh kebanyakan makan, alergi, kekurangan zat gizi,
keracunan langsung oleh bahan-bahan kimia, tanaman atau hewan beracun;
toksin-toksin yang dihasilkan bakteri; mengkomsumsi pangan yang mengandung
parasit-parasit hewan dan mikroorganisme. Gangguan-gangguan ini sering
dikelompokkan menjadi satu karena memiliki gejala yang hampir sama atau sering
tertukar dalam penentuan penyebabnya (Syarifah, 2002).
Sumber-sumber
kontaminasi bahan makanan oleh bakteri ada bermacam-macam, antara lain manusia,
udara, makanan mentah, hewan, serangga, buangan, debu dan kotoran, dan air yang
tidak untuk diminum. Manusia membawa bakteri di rambut, telinga, hidung,
tenggorokan, usus dan kulit, terutama tangan. Batuk, bersin dan meludah akan
memindahkan bakteri. Menggaruk bintik-bintik pada kulit akan menyebarkan
mikroba yang berbahaya. Makanan mentah yang mungkin mengandung bakteri yaitu
daging, unggas, buah dan sayuran (terutama sayuran dari dalam tanah), ikan,
kerang. Bakteri dari berbagai sumber dapat dipindahkan pada makanan melalui
kontak langsung. Permukaan tempat kerja, pisau, pakaian dan tangan yang tidak
dicuci merupakan pembawa untuk memindahkan bakteri ke makanan (kontak tidak langsung).
Benda-benda dapat menkontaminasi makanan selama tahap-tahap proses produksi.
Bahan kimia, termasuk pestisida, pemutih dan bahan pembersih lainnya dapat
mengkontaminasi makanan apabila tidak digunakan dengan hati-hati. Apabila benda
yang berbahaya dimasukkan dalam makanan secara sengaja, ini disebut kontaminasi
disengaja dan merupakan tindakan kejahatan (Setyawan, 2008).
Pencegahan kontaminasi pangan seperti yang dianjurkan dalam Setyawan (2008) adalah sebagai berikut:
Pencegahan kontaminasi pangan seperti yang dianjurkan dalam Setyawan (2008) adalah sebagai berikut:
1.
Menyentuh makanan sedikit mungkin.
2.
Menghindarkan makanan dari semua sumber
bakteri.
3.
Menutup makanan.
4.
Menghindarkan hewan dan serangga dari
tempat makanan.
5.
Membuang sisa makanan dan sampah lain
dengan hati-hati.
6.
Menjaga tempat sampah tetap tertutup.
7.
Menjaga segalanya sebersih mungkin.
Ketika menyimpan
makanan, penting untuk melakukan perputaran stok agar makanan yang lama
digunakan lebih dulu. Jangan membuat stok makanan yang berlebihan. Makanan
kering, makanan dalam botol dan kaleng harus disimpan dalam ruangan yang
kering, berventilasi baik, tidak di lantai, dan dalam wadah yang kedap udara
apabila perlu. Semua makanan harus disimpan dalam wadah bertutup rapat untuk
mencegah kontaminasi (Setyawan, 2008).
CEMARAN MIKROBA
PADA BAHAN PANGAN
Penyakit
yang timbul bila seseorang mengkonsumsi makanan atau minuman dapat disebabkan
oleh dua hal, yaitu pertama makanan atau minuman tersebut mengandung
mikroba/bakteri dalam jumlah yang cukup untuk menimbulkan gejala sakit, kedua
makanan atau minuman tersebut mungkin mengandung komponen beracun. Berdasarkan
kedua hal tersebut, penyakit yang ditimbulkan oleh makanan atau minuman dapat
digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu (Cahyadi, 2006):
1. Infeksi
makanan (food infection)
Infeksi
makanan yaitu penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minuman
yang mengandung mikroba patogen, kemudian mikroba tersebut dapat menembus
sistem pertahanan tubuh dan hidup serta berkembang biak di dalam tubuh.
Mikroba
yang dapat menginfeksi dan menimbulkan penyakit adalah mikroba yang mempunyai
data patogenitas tinggi dan daya virulensi kuat, sehingga dapat berkembang biak
dan menyebar ke dalam tubuh induk semang yang peka.
Masa inkubasi, yaitu waktu yang dibutuhkan dari mulai masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala sakit, karena infeksi makanan biasanya lebih lama dari intoksikasi makanan. Mikroba-mikroba potensial penyebab infeksi makanan antara lain Salmonella, Bacillus antracis, Campylobacter, Shigella, Vibrio, Yersinia, Escherichia coli tipe enteric dan lain-lain.
Masa inkubasi, yaitu waktu yang dibutuhkan dari mulai masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala sakit, karena infeksi makanan biasanya lebih lama dari intoksikasi makanan. Mikroba-mikroba potensial penyebab infeksi makanan antara lain Salmonella, Bacillus antracis, Campylobacter, Shigella, Vibrio, Yersinia, Escherichia coli tipe enteric dan lain-lain.
2. Intoksikasi
makanan (food intoxication)
Intoksikasi
makanan yaitu penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang
mengandung racun yang diproduksi oleh mikroba yang tumbuh dalam makanan.
Umumnya masa inkubasi intoksikasi terjadi lebh cepat setelah mengkonsumsi
makanan tercemar (onset pendek) dibandingkan dengan infeksi makanan.
Mikroba-mikroba
potensial penyebab intoksikasi makanan antara lain Clostridium botulinum,
C. Perfringens, Bacillus cereus, Staphylococcus aureus.
Beberapa Mikroba pathogen penyebab foodborne disease pada manusia
Walaupun bakteri/mikroba hanya mengakibatkan 30% pada kejadian foodborne diseases, tetapi jumlah wabah dan angka kematian tertinggi disebabkan oleh infeksi bakteri, yaitu sebanyak 31% kematian disebabkan oleh infeksi Salmonella spp., diikuti oleh Listeria (28%), Campylobacter (3%) dan Escheria coli (3%).
Beberapa Mikroba pathogen penyebab foodborne disease pada manusia
Walaupun bakteri/mikroba hanya mengakibatkan 30% pada kejadian foodborne diseases, tetapi jumlah wabah dan angka kematian tertinggi disebabkan oleh infeksi bakteri, yaitu sebanyak 31% kematian disebabkan oleh infeksi Salmonella spp., diikuti oleh Listeria (28%), Campylobacter (3%) dan Escheria coli (3%).
Penularan
foodborne diseases yang umumnya melalui makanan, maka jika tertelan dan masuk
ke dalam saluran pencernaan akan menimbulkan gejala klinis berupa sakit perut,
mual, muntah, diare, kram perut, sakit kepaka, tidak nafsu makan, demam,
dll.
Apabila
gejala diare dan muntah terjadi dalam waktu lama, maka dapat mengakibatkan
dehidrasi (kehilangan cairan tubuh). Masa inkubasi penyakit berkisar antara
beberapa jam sampai beberapa minggu, tergantung jenis bakteri yang
menginfeksinya.
Tidak
semua bakteri yang masuk ke dalam tubuh dapat menimbulkan penyakit, tergantung
daya patogenitas dan virulensi bakteri serta daya pertahanan dan daya hindar
yang tinggi terhadap sistem pertahanan tubuh.
Beberapa mikroba/bakteri penyebab foodborne diseases yang penting:
1. Salmonella
Infeksi
Salmonella dapat bersifat fatal, terutama menyerang bayi kurang dari 1 tahun.
Selain dipengaruhi umur, juga tergantung strein dan jumlah mikroba yang masuk. Salmonella
typhi dan S. paratyphi menyebabkan demam tifoid, lebih dikenal
dengan penyakit typhus. Masa inkubasi 7-28 hari, rata-rata 14 hari.
Gejala klinis berupa sakit kepala, sakit perut, diare, mual, muntah, konstipasi, pusing, demam tifoid (demam tinggi terus menerus). Makanan potensial pembawa penyakit antara lain daging sapi, daging unggas, telus dan hasil olahannya, Ikan, udang. Salmonella non-typhoid yang disebabkan oleh bakteri Salmonella lain (terutama S. enteritidis). Masa inkubasi lebih pendek antara 5-72 jam, rata-rata 12-36 jam. Gejala klinis mirip penyakit tifoid, tetapi tidak disertai demam tifoid yang terus menerus.
Gejala klinis berupa sakit kepala, sakit perut, diare, mual, muntah, konstipasi, pusing, demam tifoid (demam tinggi terus menerus). Makanan potensial pembawa penyakit antara lain daging sapi, daging unggas, telus dan hasil olahannya, Ikan, udang. Salmonella non-typhoid yang disebabkan oleh bakteri Salmonella lain (terutama S. enteritidis). Masa inkubasi lebih pendek antara 5-72 jam, rata-rata 12-36 jam. Gejala klinis mirip penyakit tifoid, tetapi tidak disertai demam tifoid yang terus menerus.
2. Escherichia coli (E. coli)
E.
coli umumnya merupakan
flora normal yang terdapat pada saluran pencernaan manusia dan hewan. Sejak
tahun 1940 di Amerika ditemukan E. coli yang menyebabkan diare pada bayi
dan usia lanjut, yaitu E. coli enteropatogenik yang patogenik dan
menghasilkan toksin. Pada tahun 1982
dilaporkan wabah diare berdarah pada 20.000 orang dengan kematian sebanyak 250
orang yang disebabkan karena konsumsi hamburger dari restoran cepat saji.
Ada
beberapa jenis E. coli bila berada diluar saluran pencernaan dapat
menjadi patogen, misalnya pada saluran kemih, infeksi luka. Gejala umum infeksi
E. coli berupa diare berdarah, muntah, nyeri abdomen, kram perut. Infeksi
E. coli pada individu dengan immunocompromised/sistem kekebalan tubuh
rendah (bayi, anak-anak, lanjut usia, individu dalam pengobatan, penderita
HIV/AIDS, dll.) dapat menimbulkan komplikasi yang menyebabkan kematian, seperti
sindrom uremik hemolitik pada + 10% penderita yang ditandai kegagalan ginjal
akut.
3. Bacillus anthracis
3. Bacillus anthracis
B.
anthracis menyebabkan penyakit anthraks pada hewan dan manusia. Bakteri ini
sensitif terhadap lingkungan, tidak tahan panas, dan mati dengan perebusan
selama 2-5 menit; tetapi sporanya sangat tahan selama bertahun-tahun pada suhu
pembekuan, di dalam tanah dan kotoran hewan. Bahkan spora tersebut tahan 40-60
tahun di dalam tanah kering.
Gejala
penyakit antraks pada manusia dikenal 3 tipe/bentuk; yaitu bentuk kulit
(kutaneus), pernafaan (inhalasi), dan pencernaan (intestinal). Gejala bentuk
kulit bersifat lokal, timbul bungkul merah pucat ( karbungkel) yang berkembang
menjadi nekrotik dengan luka kehitaman (Black center). Luka dapat sembuh
spontan dalam 2-3 minggu. Gejala bentuk pernafasan berupa sesak nafas di daerah
dada, batuk, dan demam. Antraks bentuk ini umummnya ditemukan pada pekerja
penyortir bulu domba (wool sorter’s disease) dan penyamak kulit.
Gejala
bentuk pencernaan berupa nyeri dibagian perut, demam, mual, muntah, nafsu makan
menurun, diare berdarah karena inflamasi pada usus halus. Penyakit ini
kadang-kadang menyebabkan toksemia, shok, sianosis, dan bila tidak diobadi dini
dapat mengakibatkan kematian. masa inkubasi penyakit antara 2-6 hari.
4. Clostridium spp.
4. Clostridium spp.
C.
perfringens dan C. botulinum
umum terdapat di alam, misalnya tanah, sampah, debu, kotoran hewan dan manusia,
serta bahan makanan asal hewan. Bakteri ini menghasilkan 5 jenis enterotoksin
tipe A, B, C, D dan E. Enterotoksin perfringens tipe A sangat berbahaya
dan banyak mengkontaminasi pangan.
Penyakit
ini biasanya disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang tercemar C.
perfringens, seperti daging matang (olahan) yang dibiarkan terlalu lama
pada suhu kamar. C. botulinum banyak ditemukan pada makanan kaleng
karena fermentasi yang tidak sempurna.
Gejala
sakit yang timbul karena intoksikasi C. perfringens berupa sakit perut
bagian bawah, diare dan gas, jarang disertai dengan demam dan pusing-pusing.
Gejala keracunan C. perfringens timbul 8 – 24 jam, dengan rata-rata 12
jam setelah mengkonsumsi pangan yang mengandung toksin (racun) perfringens,
sedangkan keracunan karena C. botulimun dapat mengakibatkan vertigo,
penglihatan dobel, sulit menelan dan bicara.
5. Listeria monocytogenes
Infeksi
pada manusia dikenal pada tahun 1980-an, adanya outbreak di Jerman yang
dikaitkan dengan susu mentah. Gejala yang timbul berupa mual, muntah, diare,
gejala influensa. Infeksi bakteri tersebut dapat mengakibatkan meningitis dan
encefalitis pada janin/ bayi, infeksi intrauterin atau servik pada ibu hamil,
dan dapat mengakibatkan keguguran, 1/3 infeksi manusia adalah pada perinatal,
dan bayi dalam kandungan.
Masa inkubasi 2-6 minggu. Bakteri ini banyak dijumpai pada susu, daging sapi, daging unggas, ikan laut dan produknya, serta makanan siap saji. Sejak tahun 1989 Departemen Pertanian Amerika Serikat mensyaratkan nol (0) L. monocytogenes pada makanan.
Masa inkubasi 2-6 minggu. Bakteri ini banyak dijumpai pada susu, daging sapi, daging unggas, ikan laut dan produknya, serta makanan siap saji. Sejak tahun 1989 Departemen Pertanian Amerika Serikat mensyaratkan nol (0) L. monocytogenes pada makanan.
6. Vibrio cholera dan Yersinia enterocolitica
Y.
enterocolitica banyak ditemukan pada
pangan dengan kadar garam tinggi (NaCl 5-7%), sedangkan Vibrio cholera umumnya
banyak ditemukan pada perairan bergaram (pangan laut). Dalam makanan laut
mentah tahan 2-4 hari pada 30-32 ⁰C,
atau 4-9 hari pada 5-10 ⁰C. Dalam air
laut bakteri dapat hidup 10-13 hari pada 30-32 ⁰C
atau 58-60 hari pada 5-10 ⁰C.
Infeksi
V. cholera dikenal dengan istilah kolera asiatik (klasik) menyebabkan
gastroenteritis profus dan akut (watery diarrhea), dan dapat berakhir fatal
karena dehidrasi cepat dengan asidosis dan shock.
7. Enterobacter sakazakii
Banyak
menyerang bayi lahir dengan gejala diare, meningitis pada bayi baru lahir dan
prematur, kasus tertentu menunjukkan septikemia. Makanan yang sering tercemar
adalah susu bubuk bayi dan produknya.
8. Bakteri lain yang banyak mengakibatkan foodborne diseases
Campylibacter
sp., Staphylococcus aureus,Brucella spp., Bacillus cereus, Shigella
Mycobacterium sp., dll. Gejala umum
yang disebabkan oleh infeksi bakteri tersebut berupa demam, sakit perut,
muntah, mual, diare encer dan kadang-kadang becampur darah dan mukus (terutama
oleh S. dysenteriae). Infeksi oleh S. aureus dapat mengakibatkan
kejang-kejang (Setyawan, 2008).
PENYAKIT
AKIBAT CEMARAN MIKROBA DALAM BAHAN PANGAN
Sebagian besar penyakit pada manusia disebabkan
oleh makanan yang tercemar bakteri patogen, seperti penyakit tipus, disentri,
botulisme, dan hepatitis A (Winarno 1997). Penyakit lain yang disebabkan oleh
bakteri dan sering menimbulkan masalah serta memiliki dampak yang cukup
berbahaya terhadap kesehatan manusia antara lain adalah antraks, salmonellosis,
brucellosis, tuberkulosis, klostridiosis, E. coli, kolibasilosis, dan S.
aureus (Supar 2005). Foodborne disease adalah suatu penyakit yang
merupakan hasil dari pencernaan dan penyerapan makanan yang mengandung mikroba
oleh tubuh manusia. Mikroba yang menimbulkan penyakit dapat berasal dari
makanan produk ternak yang terinfeksi atau tanaman yang terkontaminasi (Setyawan,
2008).
Makanan yang terkontaminasi selama
pengolahan dapat menjadi media penularan penyakit. Penularan penyakit ini
bersifat infeksi, yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroba yang hidup dan
berkembang biak pada tempat terjadinya peradangan. Mikroba masuk ke dalam
saluran pencernaan manusia melalui makanan, yang kemudian dicerna dan diserap
oleh tubuh. Dalam kondisi yang sesuai, mikroba patogen akan berkembang biak di
dalam saluran pencernaan sehingga menyebabkan gejala penyakit.
Foodborne disease yang disebabkan oleh salmonella dapat menyebabkan kematian pada manusia,
media pencemarannya dapat berasal dari air pencuci yang telah terkontaminasi.
Mikroorganisme lainnya yang dapat menyebabkan foodborne
disease antara lain Compylobacter,
E. coli, dan Listeria. Gejala umum foodborne disease adalah
perut mual diikuti muntah-muntah, diare, demam, kejang-kejang, dan
gejala lainnya. Memperbaiki sanitasi terutama lingkungan, merupakan
salah satu solusi terbaik dalam mengantisipasi cemaran mikroba.
Sanitasi yang buruk yang menyebabkan
air tercemar tinja yang mengandung kuman penyakit, menyebabkan terjadinya
waterborne disease. Angka kejadian waterborne disease dan food
borne disease di Indonesia tergolong tinggi, yaitu sekitar 300−1.000
penduduk menderita diare dan dua pertiga penduduk terinfeksi
cacingan (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2008). Diare yang diakibatkan
oleh adanya bibit penyakit dalam makanan merupakan penyebab utama
malnutrisi. Setiap anak berusia 5 tahun ke bawah (balita) rata-rata menderita
diare 2−3 kali per tahun, sedangkan 15 dari 1.000 anak-anak meningal karena
diare. Di negara berkembang, 70% penyakit diare dewasa ini dianggap
disebabkan oleh makanan yang mengandung penyakit (Winarno 2004).
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN
Pencegahan
dan pengendalian foodborne diseases harus dilakukan pada setiap tahap/proses
penyajian makanan; dari mulai tingkat produksi di peternakan, proses pemotongan
di Rumah Potong Hewan (RPH), pendistribusi dari peternakan/RPH ke pasar, proses
pengolahan sampai penyiapan makanan yang sudah jadi (finished food) di
rumah/restoran.
Pencegahan
dan pengendalian foodborne diseases diistilahkan from farm to table, yaitu dari
mulai produksi di peternakan sampai siap saji di meja makan, antara lain
meliputi (Cahyadi,
2006) :
1. Pemeriksaan
hewan/ternak pada saat ante mortum di peternakan/rumah potong hewan.
Ternak-ternak yang akan dipotong harus berasal dari peternakan yang bebas
penyakit.
2. Peningkatan personal higiene mulai dari pekerja
kandang, petugas rumah porong hewan, penjual daging, pekerja pada industri
makanan, juru masak sampai kepada komsumen.
3. Pengawasan terhadap kebersihan/sanitasi lingkungan
di peternakan, rumah potong hewan, alat transportasi, ruang pengolahan,
peralatan dapur atau pengolahan makanan dan peralatan saji.
4. Pengolahan makanan (daging, susu, telur dan
produknya) secara higienis dengan pemanasan yang cukup, pasteurisasi, dan atau
sterilisasi.
5. Penyimpanan makanan cepat basi dalam suhu dingin,
pisahkan raw material dengan makanan sudah matang.
Lima kunci
keamanan pangan (food safety, WHO)
1. Jagalah
kebersihan, dengan: cuci tangan sebelum mengolah pangan dan sesering
mungkin selama mengolah pangan. cuci tangan sesudah dari toilet.
Dan cuci dan sanitasi seluruh permukaan yang kontak dengan pangan dan alat pengolah pangan.
Dan cuci dan sanitasi seluruh permukaan yang kontak dengan pangan dan alat pengolah pangan.
2. Pisahkan pangan mentah dari pangan matang; pisahkan daging sapi, unggas dan hasil laut dari pangan lain. Gunakan peralatan yang terpisah, seperti pisau dan talenan untuk mengolah pangan mentah. Simpan pangan dalam wadah untuk menghindari kontak antara pangan mentah dan pangan matang.
3. Masaklah dengan benar; masaklah pangan dengan benar terutama daging sapi, unggas, telur dan pangan laut. Rebuslah pangan sampai mendidih, usahakan suhu internalnya mencapai 70 ⁰C. untuk daging, usahakan cairan bening, tidak berwarna merah muda. panaskan kembali pangan dengan benar, sebelum dimakan.
4. Jagalah pangan pada suhu aman; jangan biarkan pangan matang pada suhu ruang lebih dari 2 jam. Simpan segera semua pangan yang cepat rusak dalam lemari pendingin (sebaiknya pada suhu di bawah 50 ⁰C). Pertahankan suhu makanan lebih dari 60 ⁰C sebelum disajikan. Jangan biarkan makanan beku mencair pada suhu kamar.
5. Gunakan air dan bahan baku yang aman; gunakan air yang aman atau beri perlakuan agar air aman. Pilihlah pangan segar dan bermutu. Cucilah buah-buahan atau sayuran yang bersih, terutama yang dimakan mentah. Jangan mengkonsumsi pangan yang sudah kadaluwarsa.
Bagaimana
Cara Menghindari dari Bahaya dalam Pangan
- Untuk menghindari bahaya biologis, jauhkan atau lindungi bahan pangan atau makanan dari cemaran mikroba, misalnya dengan cara melindungi (menutup) bahan pangan atau makanan dari serangan hama seperti lalat, kecoa, tikus dan binatang pembawa penyakit lainnya. Memilih bahan pangan yang bermutu baik adalah suatu cara yang paling utama dalam menghindari bahaya biologis.
- Untuk menghindari bahaya kimia, jauhkan atau lindungi bahan pangan dari cemaran kimia, misalnya dengan mengolah pangan di tempat yang jauh dari sumber pencemaran seperti tempat penyimpanan pupuk, insektisida, oil dan sebagainya. Menggunakan bahan pangan yang bersih bebas pestisida adalah cara lainnya untuk menghindar dari bahaya kimia.
- Untuk menghindari bahaya fisik, gunakan hanya bahan yang sudah bersih dari kerikil, dan/atau cemaran fisik lainnya. Sortasi dan mencuci adalah tahap-tahap pengolahan yang baik untuk menghindari bahaya fisik.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan dari makalah ini adalah:
1.
Bahwa
bahan pangan merupakan suatu kebutuhan pokok makhluk hidup dalam melangsungkan
kehidupan mereka.
2.
Mikroorganisme
ada yang bersifat pathogen adapula yang bersifat non pathogen. Sifat pathogen
inilah yang menjadi salah-satu penyebab pencemaran terhadap bahan pangan.
3.
Mikoroorganisme
yang mencemari bahan pangan/makanan akan mengakibatkan atau menimbulkan
penyakit-penyakit tertentu sesuai dengan jenis mikroba yang mengkontaminasinya.
4.
Pencemaran
mikroba dalam bahan pangan dapat dikendalikan dengan berbagai cara sehingga
meminimalisir terjadinya dampak negative yang ditimbulkan.
SARAN
Adapun
saran yang dapat kami paparkan bahwa kenali dan identifikasi jenis makanan atau
bahan pangan yang akan dikonsumsi. Pilihlah makanan yang tidak tercemar atau
terkontaminasi dengan mikroorganisme yang bersifat pathogen dimana akan
menyebabkan terjadinya penyakit-penyakit tertentu. Pada umumnya makanan yang terkontaminasi
ditandai dengan bentuk fisik seperti menimbulkan bau, warna yang berubah serta
bentu yang tidak sesuai dengan bahan pangan pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan
Pangan. Penerbit
Bumi
Aksara. Jakarta.
FDA [US Food and Drug
Administration]. 2001. Rapid Methods for
Detecting
Foodborne Pathogens.
Bacteriological Analytical Manual Online. Center for
Food Safety and Applied Nutrition. http://www.cfsan.fda.gov/~ebam/bam-al.html.
Irianto, Koes.
2007. Mikrobiologi: Menguak Dunia
Mikroorganisme. Bandung: CV.
YRAMA
WIDYA.
Setyawan, Arief
Budi. 2002. Pengaruh Mikroorganisme
Patogen dalam Makanan.
www.teknopangan.com,
diakses pada tanggal 10 Mei 2008).
Setyawan, Arif
Budi. 2008. Keamanan Pangan “Food safety”
Industri. (Online),
(www.teknopangan.com, diakses pada
tanggal 10 Mei 2008).
Syarifah. 2002. Mikroba Patogen pada Makanan dan Sumber
Pencemarannya.
(Online), (www.fkm-albiner.com, diakses
pada tanggal 10 Mei 2008).
Winarno, F.G. 1997. Naskah Akademis. Keamanan Pangan. FTDC (Food
Technology Development Center) Institut Pertanian Bogor.
Winarno, F.G. 2004. Keamanan
Pangan, Cetakan 1 Jilid 2. M-Brio Press, Bogor.
WHO. 2006. Penyakit Bawaan Pangan: Fokus Pendidikan Kesehatan. Penerbit Buku
Kedokteran
EGC. Jakarta.
link download bokep downloadbokep4u.blogspot.com/
BalasHapusterimakasih banyak untuk artikel ini, informasi yang bermanfaat.
BalasHapus