Sabtu, 09 Juni 2012

BIARKAN AKU TETAP BERSINAR

 
Goresan pena sang mujahid, menorehkan beribu kisah dalam rangkaian setiap kata. Berawal dari sebuah pengorbanan yang hakikih tanpa mengharap pamrih menuntun langkah kami kepada sebuah jalan kebenaran. Jalan yang menjadikan niat tulus kami berujung pada kontroversi perdebatan sengit antara ide dan realita. Banyak orang yang berfikir idealis tapi tak banyak yang bisa bertindak realistis.
Melangkah dan mencoba untuk memulai, itulah kata kunci pertama yang aku dapatkan untuk merubah wajah Indonesia ke arahyang lebih baik. Pagi ini, tepatnya tanggal 9 juni 2012 sebuah kombinasi angka yang berhasil merekam salah-satu sejarah terpenting dalam hidupku. Setelah semalaman bertarung dengan kejamnya kota metropolitan dengan membawa primordialisme kearifan lokal daerah Makassar. Guyuran hujan menuntunku bersama sosok yang senantiasa memancarkan keceriaan dengan tulus kepada kami. Sang LO yang bernama iik (kayaknya lucu dech kalau diantara i disisipkan huruf J) senantiasa menghibur kami dengan tingkah-tingkah anehnya. Dan penjelajahan malam itu berakhir pada singgahsana untuk merebahkan badan yang lelah akan hasrat duniawi.
Perjalanan dan perjuanganku dalam mencari jawaban atas ribuan pertanyaan dibenakku tentang wajah pendidikan Indonesia belum berakhir, jurtru baru akan dimulai. Kurang lebih 120 pemuda dari berbagai penjuru di Indonesia berkumpul dalam satu ruangan dalam wadah “National Future Educators Conference”. Keanekaragaman rupa, dan perbedaan identitas lainnya menambah keramahan dan menggemparkan ruang auditorium pagi tadi. Ada satu kalimat menarik yang sempat terekam saat pembukaan tadi. “Kalau Soekarno mengatakan bahwa berikan aku 10 pemudah, maka aku akan merubah dunia”. Lantas timbul pertanyaan, apa yang akan kita lakukan dengan 120 orang pemuda dengan semangat yang membara?. Dan jawaban mengelitik pun muncul dari salah seorang peserta “berikan aku 10 pemuda maka aku akan membuat boy band”. Hahahaha, guyonan yang lumayan mengocok perutku.
Setelah pembukaan, ada sesi plenary 1 dengan tema “pendidikan sebagai kunci pembangunan bangsa”. Dan memang benar setelah dipaparkan secara detail kami mendapatkan pengetahuan bahwa pendidikan itu sangat penting untuk dikembangkan dalam membangun suatu bangsa. Acarapun berlanjut pada sesi kedua yang mengusung tema “Pendidikan pemuda dalam persfektif pemuda”. Dengan sisipan bahasa sastrawi, pemateri berhasil membawa saya kepada sebuah mimpi untuk bergelut dalam dunia sastra. “Melangkah dengan hati” adalah kata pertama yang muncul di slide pemateri pagi tadi (sepengetahuanku melangkah itu dengan kaki yah???,, hahaha). Kata demi kata terlantun dengan santun dan membuatku semakin menggebu-gebu untuk berdiskusi lebih panjang kepada kakak Yuli Anita. Walaupun pada akhirnya tidak diberikan kesempatan untuk betanya karena efisiensi waktu. Namun ada pelajaran penting yang saya dapatkan dari beliau bahwa semua harus dimulai dari hati yang paling dalam yang pada akhirnya mengantarkan kita pada kenyataan akan mimpi-mimpi yang kita raih kelak. Subhanallah...
Sejenak meregakan badan sambil menyaksikan hiburan tarian yang dipersiapkan khusus untuk para peserta NFEC hari ini. Membuatku ingin mengikuti irama music dan bergerak bersama sang penari. Setelah kembali segar dan semangat dengan jargo “muda, mendidik, membangun bangsa” kami pun melanjutkan pada Focus Group Discussion. Sesi yang tidak kala menariknya dengan acara sebelumnya. 120  peserta tersebut dibagi menjadi beberapa kelompok dan menempatkan saya pada kelas pendidikan social, karakter dan leadership. Di sini panita menghadirkan dua sosok luar biasa yang telah berkontribusi penuh di dunia pendidikan dan social. Hal ini merupakan bentuk real dari ide dn gagasan dari seorang pemuda-pemudi bangsa.
Hati dan nurani membawa langkahku untuk bertemu dengan Sang pencipta kekuatan pada diri seorang pemuda. Bersujud dan menyembah kepada-Nya merupakan ritual khusus yang sanggup melelehkan hati ini akan sebuah kewajiban dan tanggungjawab yang hakikih. Setelahnya, hasrat manusiawi membawa keberadaanku ke depan meja yang diatasnya dihiasi dengan berbagai jenis zat-zat gizi untuk memenuhi kebutuhan manusia (mentang-mentang dari jurusan gizi, hahaha...). mengunyah dengan lahap dan akhirnya memulihkan semangat yang hampir kendor.
Ternyata kejutan hari ini tidak sampai disitu. Ditengah wajah-wajah ceria sang peserta yang asik berpose dengan gayanya masing-masing tiba-tiba masuklah sekelompok makhluk ditengah-tengah ruangan dengan membawa sebuah kursi dengan tingkahnya yang songong. Entah apa yang akan mereka lakukan kepada kami ??? mungkinkah kita tidak aman lagi diruangan ini,, hahaha. Dan ternyata itu adalah penampilan parody dari teman-teman panitia. Sangat jenaka dan menghibur dan berhasil membuat ruangan itu penuh dengan tawa dan keceriaan yang tulus.
Dapat saya katakana bahwa sesi ini merupakan salah-satu sesi favoritku dalam event ini. Dimana ada empat orang pembicara dari latar belakan yang berbeda menyampaikan ide, gagaan dan projek yang telah mereka lakukan untuk Indonesia. Dari materi globalisasi dan konflik internasional/isu-isu terkini sampai pada pemaparan sejarah masa lampau yang membawa kami untuk mempelajari artefak-artefak yang terkubur oleh zaman. Ada begitu banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan pada sesi ini. Tapi yang paling berkesan adalah pemuda sebagai agent perubahan sesunguhnya memiliki begitu banyak potensi dan dapat dikembangkan demi kemajuan bangsa. Dan itu dapat kita lakukan dari sesuatu yang kecil dan pada akhirnya memberikan perubahan yang besar. Dan untuk menunjang kebehasilan tersebut perlu adanya power of collaboration serta komitmen dan konsistensi dari jiwa seorang pemuda itu sendiri.
Sore ini kembali kami dikumpulkan pada ruangan yang berlebel B105 dan berdiskusi tentang Study Case. Dimana panitia memberikan satu kasus dan diselesaikan dengan pandangan yang berbeda-beda dari setiap topi yang kita gunakan dengan lambang warna. Terjadi perdebatan yang sangat sengit antara peserta yang pada akhirnya membawa kita dalam sebuah kesimpulan bahwa dalam menyikapai suatu masalah tidak hanya dibutuhkan satu pandangan saja dalam menyelesaikannya.
Singkat cerita, sampailah kita pada sesi terakhir hari ini dalam acara National Future Educators Conference, yaitu Dinner & Makrab. Konsep yang sangat romantic dimana kita ditempatkan pada sebuah lapangan untuk dinner dan makrab. Acara dimulai dengan sambutan dari MC dn beberapa hiburan dari panitia yang memacu adrenalin kami untuk beraksi di tengah lapangan. Semua senang dan semua bergembira ditengah kobaran api yang berada ditengah lapangan itu. Malam yang sangat menyenangkan dan takkan pernah kulupakan wajah-wajah cerah itu. Acarapun ditutup dengan penukaran kado yang dibawa masing-masing peserta sambil menyanyikan iyel-iyel.  Kalau kata syahrini, mala mini SESUATU banget yah.
Ini hanya segelintir rangkaian kata yang mewakili perjuangan kita hari ini kawan. Seperti judul yang tertera diatas “biarkan aku tetap bersinar” mencerminkan bahwa langkah kita sebagai pemuda pembawa perubahan tidak boleh berhenti disini. Ini hanya wadah untuk kita memulai mengabdikan diri kepada negeri yang tercinta. Engkaulan bangsaku,, engkau Indonesiaku. Teruslah berbuat sesuatu untuk membangun bangsa tanpa balas jasa.
Guys, banyangkan kita adalah sebuah LILIN. Yang tak pernah lengah dalam menyinari dan menerangi dalam kegelapan meskipun dia akan terlahap oleh api. Jangan sampai pasokan lilin itu habis kawan. Jangan biarkan hal itu terjadi. Teruslah bersinar dalam mahakarya sejati. Dan jangan merasa puas dan berhenti bergerak. BIARKAN AKU TETAP BERSINAR
Kalau saat ini pemuda sering merasa galau, maka jadikanlah galau itu sebagai suatu potnsi dalam membangun bangsa.
G = goreskan cita-citamu dalam membangun bangsa
A = anggaplah ini adalalah sebuah kewajiban
L = lakukan saat ini juga, jangan menunggu matahari esok
A = aktiflah terus dalam melakukan perubahan
U = ungkapkan semuanya dengan penuh CINTA

We know, we plan, and we action.
Wassalam...




2 komentar:

Pengikut