Goresan pena sang mujahid, menorehkan beribu kisah dalam rangkaian
setiap kata. Berawal dari sebuah pengorbanan yang hakikih tanpa mengharap pamrih
menuntun langkah kami kepada sebuah jalan kebenaran. Jalan yang menjadikan niat
tulus kami berujung pada kontroversi perdebatan sengit antara ide dan realita.
Banyak orang yang berfikir idealis tapi tak banyak yang bisa bertindak
realistis.
Melangkah dan mencoba untuk memulai, itulah kata kunci pertama
yang aku dapatkan untuk merubah wajah Indonesia ke arahyang lebih baik. Pagi
ini, tepatnya tanggal 9 juni 2012 sebuah kombinasi angka yang berhasil merekam
salah-satu sejarah terpenting dalam hidupku. Setelah semalaman bertarung dengan
kejamnya kota metropolitan dengan membawa primordialisme kearifan lokal daerah
Makassar. Guyuran hujan menuntunku bersama sosok yang senantiasa memancarkan
keceriaan dengan tulus kepada kami. Sang LO yang bernama iik (kayaknya
lucu dech kalau diantara i disisipkan huruf J) senantiasa menghibur kami dengan
tingkah-tingkah anehnya. Dan penjelajahan malam itu berakhir pada singgahsana
untuk merebahkan badan yang lelah akan hasrat duniawi.
Perjalanan dan perjuanganku dalam mencari jawaban atas ribuan
pertanyaan dibenakku tentang wajah pendidikan Indonesia belum berakhir, jurtru
baru akan dimulai. Kurang lebih 120 pemuda dari berbagai penjuru di Indonesia
berkumpul dalam satu ruangan dalam wadah “National Future Educators Conference”.
Keanekaragaman rupa, dan perbedaan identitas lainnya menambah keramahan dan
menggemparkan ruang auditorium pagi tadi. Ada satu kalimat menarik yang sempat
terekam saat pembukaan tadi. “Kalau Soekarno mengatakan bahwa berikan aku 10
pemudah, maka aku akan merubah dunia”. Lantas timbul pertanyaan, apa yang
akan kita lakukan dengan 120 orang pemuda dengan semangat yang membara?. Dan
jawaban mengelitik pun muncul dari salah seorang peserta “berikan aku 10
pemuda maka aku akan membuat boy band”. Hahahaha, guyonan yang lumayan
mengocok perutku.
Setelah pembukaan, ada sesi plenary 1 dengan tema “pendidikan
sebagai kunci pembangunan bangsa”. Dan memang benar setelah dipaparkan secara
detail kami mendapatkan pengetahuan bahwa pendidikan itu sangat penting untuk dikembangkan
dalam membangun suatu bangsa. Acarapun berlanjut pada sesi kedua yang mengusung
tema “Pendidikan pemuda dalam persfektif pemuda”. Dengan sisipan bahasa
sastrawi, pemateri berhasil membawa saya kepada sebuah mimpi untuk bergelut
dalam dunia sastra. “Melangkah dengan hati” adalah kata pertama yang
muncul di slide pemateri pagi tadi (sepengetahuanku melangkah itu dengan kaki
yah???,, hahaha). Kata demi kata terlantun dengan santun dan membuatku semakin
menggebu-gebu untuk berdiskusi lebih panjang kepada kakak Yuli Anita.
Walaupun pada akhirnya tidak diberikan kesempatan untuk betanya karena
efisiensi waktu. Namun ada pelajaran penting yang saya dapatkan dari beliau
bahwa semua harus dimulai dari hati yang paling dalam yang pada akhirnya
mengantarkan kita pada kenyataan akan mimpi-mimpi yang kita raih kelak.
Subhanallah...
Sejenak meregakan badan sambil menyaksikan hiburan tarian yang
dipersiapkan khusus untuk para peserta NFEC hari ini. Membuatku ingin mengikuti
irama music dan bergerak bersama sang penari. Setelah kembali segar dan
semangat dengan jargo “muda, mendidik, membangun bangsa” kami pun
melanjutkan pada Focus Group Discussion. Sesi yang tidak kala menariknya dengan
acara sebelumnya. 120 peserta tersebut dibagi menjadi beberapa kelompok
dan menempatkan saya pada kelas pendidikan social, karakter dan leadership. Di
sini panita menghadirkan dua sosok luar biasa yang telah berkontribusi penuh di
dunia pendidikan dan social. Hal ini merupakan bentuk real dari ide dn gagasan
dari seorang pemuda-pemudi bangsa.
Hati dan nurani membawa langkahku untuk bertemu dengan Sang
pencipta kekuatan pada diri seorang pemuda. Bersujud dan menyembah kepada-Nya
merupakan ritual khusus yang sanggup melelehkan hati ini akan sebuah kewajiban
dan tanggungjawab yang hakikih. Setelahnya, hasrat manusiawi membawa
keberadaanku ke depan meja yang diatasnya dihiasi dengan berbagai jenis zat-zat
gizi untuk memenuhi kebutuhan manusia (mentang-mentang dari jurusan gizi,
hahaha...). mengunyah dengan lahap dan akhirnya memulihkan semangat yang hampir
kendor.
Ternyata kejutan hari ini tidak sampai disitu. Ditengah
wajah-wajah ceria sang peserta yang asik berpose dengan gayanya masing-masing
tiba-tiba masuklah sekelompok makhluk ditengah-tengah ruangan dengan membawa
sebuah kursi dengan tingkahnya yang songong. Entah apa yang akan mereka
lakukan kepada kami ??? mungkinkah kita tidak aman lagi diruangan ini,, hahaha.
Dan ternyata itu adalah penampilan parody dari teman-teman panitia. Sangat
jenaka dan menghibur dan berhasil membuat ruangan itu penuh dengan tawa dan
keceriaan yang tulus.
Dapat saya katakana bahwa sesi ini merupakan salah-satu sesi
favoritku dalam event ini. Dimana ada empat orang pembicara dari latar belakan
yang berbeda menyampaikan ide, gagaan dan projek yang telah mereka lakukan
untuk Indonesia. Dari materi globalisasi dan konflik internasional/isu-isu
terkini sampai pada pemaparan sejarah masa lampau yang membawa kami untuk
mempelajari artefak-artefak yang terkubur oleh zaman. Ada begitu banyak
pelajaran berharga yang saya dapatkan pada sesi ini. Tapi yang paling berkesan
adalah pemuda sebagai agent perubahan sesunguhnya memiliki begitu banyak
potensi dan dapat dikembangkan demi kemajuan bangsa. Dan itu dapat kita lakukan
dari sesuatu yang kecil dan pada akhirnya memberikan perubahan yang besar. Dan
untuk menunjang kebehasilan tersebut perlu adanya power of collaboration serta
komitmen dan konsistensi dari jiwa seorang pemuda itu sendiri.
Sore ini kembali kami dikumpulkan pada ruangan yang berlebel B105
dan berdiskusi tentang Study Case. Dimana panitia memberikan satu kasus dan
diselesaikan dengan pandangan yang berbeda-beda dari setiap topi yang kita
gunakan dengan lambang warna. Terjadi perdebatan yang sangat sengit antara
peserta yang pada akhirnya membawa kita dalam sebuah kesimpulan bahwa dalam
menyikapai suatu masalah tidak hanya dibutuhkan satu pandangan saja dalam
menyelesaikannya.
Singkat cerita, sampailah kita pada sesi terakhir hari ini dalam
acara National Future Educators Conference, yaitu Dinner & Makrab. Konsep
yang sangat romantic dimana kita ditempatkan pada sebuah lapangan untuk dinner
dan makrab. Acara dimulai dengan sambutan dari MC dn beberapa hiburan dari
panitia yang memacu adrenalin kami untuk beraksi di tengah lapangan. Semua
senang dan semua bergembira ditengah kobaran api yang berada ditengah lapangan
itu. Malam yang sangat menyenangkan dan takkan pernah kulupakan wajah-wajah
cerah itu. Acarapun ditutup dengan penukaran kado yang dibawa masing-masing
peserta sambil menyanyikan iyel-iyel. Kalau kata syahrini, mala mini
SESUATU banget yah.
Ini hanya segelintir rangkaian kata yang mewakili perjuangan kita
hari ini kawan. Seperti judul yang tertera diatas “biarkan aku tetap
bersinar” mencerminkan bahwa langkah kita sebagai pemuda pembawa perubahan
tidak boleh berhenti disini. Ini hanya wadah untuk kita memulai mengabdikan
diri kepada negeri yang tercinta. Engkaulan bangsaku,, engkau Indonesiaku.
Teruslah berbuat sesuatu untuk membangun bangsa tanpa balas jasa.
Guys, banyangkan kita adalah sebuah LILIN. Yang tak pernah lengah
dalam menyinari dan menerangi dalam kegelapan meskipun dia akan terlahap oleh
api. Jangan sampai pasokan lilin itu habis kawan. Jangan biarkan hal itu
terjadi. Teruslah bersinar dalam mahakarya sejati. Dan jangan merasa puas dan berhenti
bergerak. BIARKAN AKU TETAP BERSINAR
Kalau saat ini pemuda sering merasa galau, maka jadikanlah galau
itu sebagai suatu potnsi dalam membangun bangsa.
G = goreskan cita-citamu dalam membangun bangsa
A = anggaplah ini adalalah sebuah kewajiban
L = lakukan saat ini juga, jangan menunggu matahari esok
A = aktiflah terus dalam melakukan perubahan
U = ungkapkan semuanya dengan penuh CINTA
We know, we plan, and we action.
Wassalam...
PEMUDA PEMUDI HARAPAN BANGSA
BalasHapusPEMUDA HARAPAN AGAMA
PEMUDA HARAPAN PEMUDI
ini ceritaku,, apa ceritamu...????
BalasHapus