Semester 4 telah berlalu yang meninggalkan begitu banyak kenangan yang
sulit untuk dilupakan. Akhir-akhir ini, Indonesia sempat dihebohkan dengan isu
kenaikan BBM (Bukan Blackberry Messanger) yang pada akhirnya membuat mahasiswa
sebagai kaum intelektual (katanya) merasa perlu untuk turun ke jalan dengan
berbagai tindakan anarkismenya. Maka tak ayal kita menyaksikan pertempuran
statement antara pendemo dan yang didemo. Alangkah unyu’nya negeri ini saat
sorotan media mulai melebai-lebaikan incident tersebut. Dan setelah para
pejabat berdasi itu beradu argument di singgahsananya (yang katanya kursinya
saja cukup untuk mentraktir satu daerah, eh
teh aja tapi) akhirnya diputuskanlah sebuah pasal yang pada intinya
“harga BBM tidak jadi naik”. Entah siapa saja yang senang dan kecewa atas
putusan tersebut. Entahlah, hanya tuhan dan mereka yang tau...
Isu kenaikan BBM sebenarnya masih menuai begitu banyak kontroversi, tapi
entah mengapa berita tersebut dikalahkan oleh kepopuleran sebuah makhluk/serangga
kecil yang banyak ditemukan didaerah jawa, apalagi kalau bukan si TOMCAT/
TOMKET. Wow,, sesuatu banget yach. Sebuah peng
alihan issue yang sangat fantastic. Dimana-mana ada tomket, di tipi, di
hutan, di rumah, bahkan dikampus (jangan-jangan di hatiku juga ada tomket). Kepopuleran
si tomket ini tak dapat diragukan lagi, termasuk bagi teman2 mahasiswa S1 gizi
angkatan 2010. Hahahahahaa...
Kenapa demikian???. Karena disitu ternyata ada seorang makhluk
jadi-jadian (setengah manusia dan setengah tomket) katanya hahah,, siapakh
dia....???
Tomket pertama, ditemukan sesaat setelah dimulainya lab kuliner. Ada apa
disana, ternyata ada induk tomket.... hahaah. Awalnya saya bingung dengan
stetment teman2 tentang penemuannya itu. Tapi setelah saya mewawancarai beberapa
pawangnya, oh saya mengerti bahwa tomket itu ada di sekitar kita. Asekk (harus
waspada nich....). Tomket yang satu ini, sering kali membuat anak2 G010K geram
terhadapnya. Wow,, pisss mennnn..
Ternyata, tidak hanya di daerah Surabaya yang banyak ditemukan tomket.
Awalnya saya kira ini tomket yang pertama dan terakhir ditemukan di daerah
Makassar, tapi ternyata tidak. Ini baru awal, masih banyak lagi tomket yang
lainnya. Penemuan kedua berlanjut disaat kami (anak2 g010k) melakukan pertemuan
perdan lab Mikpang (mikrobiologi pangan) di fakultas “tettttttt”. Sebenarnya
saya tidak hadir saat itu, tapi berdasarkan informasi yang saya dengar juga
dari pawangnya bahwa ternyata disinilah pusat komunitas tomket trsebut.
Amazing, bisa dimasukkan ke rekor muri nich... tentunya ngak langsung percaya
dong. Saya harus menelusuri kebenaran berita tersebut (kayak investigasi aja di
stasiun tivi “tetttttttttt”...).
Minggu berikutnya saya sudah hadir dan mengikuti lab mikpang tersebut
dan berusaha mencari kebenaran beritanya. Dan ternyata,,,,,,,,,,,,,,,,, wow,
banyak bangettt tomcatnya. Ada tomket yang amit-amit, ada tomket yang tampak
religious (emang tomket bisa shalat yach..???), ada pula tomket yang
mengeluarkan suara yang menggema. Aduh, nampaknya akan sangat seru jika tomket2
itu dimasukkan ke museum.. hohohoho. Ada satu kejadian lucu saat mengamati si
tomket tersebut. Saat kami terancam tidak masuk lab karena tomket itu
mengkontaminasi bahan yang akan kami gunakan yaitu “daun siri”. Hahaha,,,
Entah sudah berapa banyak kata tomket yang saya tulis dalam cerita ini.
Semoga si pawing tomket tidak lagi ditemukan disekitar kita. Mari musnahkan
tomket2 tersebut karena telah merisaukan masyarakat.
Itulah segelintir cerminan perjalanan semester IV ini, yang mesti harus
terusik dengan kehadiran Komunitas tomket.
Sampai
jumpa di cerita berikutnya
Pare, 25 juni 2012
Rudianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar