Diajukan untuk Mengikuti
Kompetisi
Paper INOVASI 2011
BABI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara kepulauan yang terdiri dari sekitar 17.504 pulau dengan
panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km. Di sepanjang garis pantai ini
terdapat wilayah pesisir yang relatif sempit tetapi memiliki potensi sumber
daya alam hayati dan non-hayati; sumber daya buatan; serta jasa lingkungan yang
sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Potensi-potensi tersebut perlu
dikelola secara terpadu agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Wilayah
pesisir secara ekologis merupakan daerah pertemuan antara ekosistem darat dan
laut. Ke arah darat meliputi bagian tanah, baik yang kering maupun yang
terendam air laut, dan masih dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik laut seperti
pasang surut, ombak dan gelombang serta perembesan air laut. Yang ke arah laut
mencakup bagian perairan laut yang dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi
di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar dari sungai maupun yang
disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan,
pembuangan limbah, perluasan permukiman serta intensifikasi pertanian.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki
potensi laut yang sangat besar. Namun, selama ini potensi laut tersebut belum
termanfaatkan dengan baik dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa pada umumnya,
dan pemasukan devisa negara khususnya. Bahkan, sebagian besar hasil pemanfaatan
laut selama ini justru “lari” atau “tercuri” ke luar negeri oleh para nelayan
asing yang memiliki perlengkapan modern dan beroperasi hingga perairan
Indonesia secara ilegal. Dalam konteks inilah upaya pemanfaatan laut Indonesia
secara maksimal tidak saja tepat tetapi juga merupakan suatu keharusan.
Pertanyaan yang timbul kemudian adalah pemanfaatan laut yang bagaimana?
Seharusnya adalah pemanfaatan laut yang dapat memberikan manfaat
sebesar-besarnya pada masyarakat secara lestari. Dalam konteks inilah kerjasama
dalam pengelolaan potensi sumberdaya tersebut sangat diperlukan, karena yang
diinginkan bukan saja peningkatan hasil pemanfaatan laut, tetapi juga
pemerataan hasil pemanfaatan yang dinikmati seluas-luasnya oleh masyarakat.
Sebagai
salah satu indikator kesejahteraan masyarakat pesisir, tujuan jangka panjang
pembangunan kesehatan Indonesia adalah peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap warga negara Indonesia agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan
masyarakat yang semaksimal mungkin. Pemerintah melalui instansi terkait telah
merumuskan program jangka menengah mengenai keadaan masyarakat yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan yakni melalui program “Visi Indonesia
Sehat 2012”. Dalam visi Indonesia Sehat 2012, bermaterikan gambaran masyarakat,
bangsa dan negara yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu,
dan memiliki derajat kesehatan yang optimal.
Dari penjelasan diatas, maka perlu adanya suatu solusi yang
mutakhir dalam memanfaatkan berbagai kekayaan yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia sehinnga dapat mensejahterakan masyarakat pesisir.
Rumusan Masalah
1. Apa
saja potensi sumber daya pesisir dan laut yang dimiliki oleh Indonesia?
2. Bagaimana
pelayanan kesehatan masyarakat pesisir?
3. Pengaruh krisis ekonomi terhadap kesehatan masyarakat
pesisir?
4. Apa saja prinsip-prinsip pengelolaan PEMP?
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui
potensi sumber daya pesisir dan laut yang ada di Indonesia.
2. Menelaah
lebih detail bagaiman pelayanan
kesehatan masyarakat pesisir
3. Mengetahui
Pengaruh krisis ekonomi terhadap
kesehatan masyarakat pesisir.
4. Mengimplementasikan
prinsip-prinsip pengelolaan pemberdayaan masyarakat pesisir.
Manfaat Penulisan
Karya
ilmiah ini diharapkan dapat menjadi sebuah pengaplikasian ilmu yang kami sajikan
sebagai referensi dan tambahan informasi mengenai potensi kemaritiman yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia serta bagaimana mengoptimalisasi potensi sumber daya lokal dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat pesisir.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Defenisi
Masyarakat Pesisir
Masyarakat
pesisir didefinisikan sebagai kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan
sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan
sumberdaya laut dan pesisir. Definisi ini pun bisa juga dikembangkan lebih jauh
karena pada dasarnya banyak orang yang hidupnya bergantung pada sumberdaya
laut. Mereka terdiri dari nelayan pemilik, buruh nelayan, pembudidaya ikan dan
organisme laut lainnya, pedagang ikan, pengolah ikan, supplier faktor sarana
produksi perikanan. Dalam bidang non-perikanan, masyarakat pesisir bisa terdiri
dari penjual jasa pariwisata, penjual jasa transportasi, serta kelompok
masyarakat lainnya yang memanfaatkan sumberdaya non-hayati laut dan pesisir
untuk menyokong kehidupannya (Nikijuluw
Victor, 2001).
Namun untuk lebih
operasional, definisi populasi masyarakat pesisir yang luas ini tidak seluruhnya
diambil tetapi hanya difokuskan pada kelompok nelayan dan pembudidaya ikan
serta pedagang dan pengolah ikan. Kelompok ini secara langsung mengusahakan dan
memanfaatkan sumberdaya ikan melalui kegiatan penangkapan dan budidaya.
Kelompok ini pula yang mendominasi pemukiman di wilayah pesisir di seluruh
Indonesia, di pantai pulau-pulau besar dan kecil. Sebagian masyarakat nelayan
pesisir ini adalah pengusaha skala kecil dan menengah. Namun lebih banyak dari
mereka yang bersifat subsisten, menjalani usaha dan kegiatan ekonominya untuk
menghidupi keluarga sendiri, dengan skala yang begitu kecil sehingga hasilnya
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan jangka waktu sangat pendek (Nikijuluw Victor, 2001).
Sejak dulu program pemberdayaan nelayan dan pesisir
belumlah tergarap secara proporsional. Pemanfaatan sumber daya alam kelautan
masih dilakukan secara parsial dan kurang didukung oleh teknologi yang tepat
guna sehingga hasil yang diperoleh kurang maksimal. Kenyataan tersebut
berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir yang tergolong
rendah bahkan sebagian hidup dalam garis kemiskinan (Suyanto Igit, 2005).
Dari sisi skala usaha
perikanan, kelompok masyarakat pesisir miskin diantaranya terdiri dari rumah
tangga perikanan yang menangkap ikan tanpa menggunakan
perahu, menggunakan perahu tanpa motor dan perahu bermotor tempel. Dengan skala
usaha ini, rumah tangga ini hanya mampu menangkap ikan di daerah dekat pantai.
Dalam kasus tertentu, memang mereka dapat pergi jauh dari pantai dengan cara
bekerjasama sebagai mitra perusahaan besar. Namun usaha dengan hubungan
kemitraan seperti tidak begitu banyak dan berarti dibandingkan dengan jumlah rumah
tangga yang begitu banyak (Nikijuluw
Victor, 2001).
Dalam upaya mewujudkan negara yang maju dan mandiri
serta masyarakat adil dan makmur, Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan
dan sekaligus peluang memasuki millenium ke-3 yang dicirikan oleh proses
transformasi global yang bertumpu pada perdagangan bebas dan kemajuan IPTEK.
Sementara itu, di sisi lain tantangan yang paling fundamental adalah bagaimana
untuk keluar dari krisis ekonomi yang menghantam bangsa Indonesia sejak tahun
1997 dan mempersiapkan perekonomian nasional dalam percaturan global abad 21.
Dalam rangka, menjawab tantangan dan pemanfaatan peluang tersebut, diperlukan
peningkatan efisiensi ekonomi, pengembangan teknologi, produktivitas tenaga
kerja dalam peningkatan kontribusi yang signifikan dari setiap sektor pembangunan
(Kusumastanto Tridoyo, 2001).
Bidang kelautan yang didefinisikan sebagai sektor
perikanan, pariwisata bahari, pertambangan laut, industri maritim, perhubungan
laut, bangunan kelautan, dan jasa kelautan, merupakan andalan dalam menjawab
tantangan dan peluang tersebut. Pernyataan tersebut didasari bahwa potensi
sumberdaya kejautan yang besar yakni 75% wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) adalah laut dan selama ini telah memberikan sumbangan yang
sangat berarti bagi keberhasilan pembangunan nasional. Sumbangan yang sangat
berarti dari sumberdaya kelautan tersebut, antara lain berupa penyediaan bahan
kebutuhan dasar, peningkatan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, perolehan
devisa dan pembangunan daerah. Dengan potensi wilayah laut yang sangat luas dan
sumberdaya alam serta sumberdaya manusia yang dimiliki Indonesia. kelautan
sesungguhnya memiliki keunggulan komparatif, keunggulan kooperatif dan keunggulan
kompetitif untuk menjadi sektor unggulan dalam kiprah pembangunan nasional
dimasa depan (Kusumastanto Tridoyo,1998).
Pembangunan kelautan selama tiga dasa warsa terakhir
selalu diposisikan sebagai pinggiran (peryphery) dalam pembangunan
ekonomi nasional. Dengan posisi semacam ini sektor kelautan dan perikanan bukan
menjadi arus utama (mainstream) dalam kebijakan pembangunan ekonomi
nasional. Kondisi ini menjadi menjadi ironis mengingat hampir 75 % wilayah
Indonesia merupakan lautan dengan potensi ekonomi yang sangat besar serta
berada pada posisi geo-politis yang penting yakni Lautan Pasifik dan Lautan Hindia,
yang merupakan kawasan paling dinamis dalam percaturan dunia baik secara ekonomi
dan potitik. Sehingga secara ekonomis-politis sangat logis jika kelautan
dijadikan tumpuan dalam perekonomian nasional (Kusumastanto Tridoyo,1998).
Pengaruh Pengembangan Ekonomi Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat Pesisir
Kesejahteraan
merupakan suatu keadaan yang normal baik dalam segi sosial, ekonomi maupun
dalam segi psikologi, sejahtera fisik maupun non fisik. Salah satu faktor yang
sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan seseorang adalah keadaan ekonominya,
demikian pula yang terjadi pada masyarakat pesisir pada umumnya.
Kesejahteraan masyarakat juga dapat
dipandang dalam bentuk kesehatan. Bagaimana mereka hidup dengan layak dan sehat
jasmani maupun rohani. Pada dasarnya
kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya standar
hidup seseorang (Juwita, 2003). Oleh karena itu, status kesehatan yang relatif
baik dibutuhkan oleh manusia untuk menopang semua aktivitas hidupnya. Setiap
individu akan berusaha mencapai status kesehatan tersebut dengan
menginvestasikan dan atau mengkonsumsi sejumlah barang dan jasa kesehatan
(Widyatma, 2010). Maka untuk mencapai kondisi kesehatan yang baik tersebut
dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. Kehidupan manusia yang semakin
modern dalam berbagai aspek kehidupan termasuk aspek kesehatan lambat laun
seiring dengan perkembangan zaman yang terjadi mampu menjelaskan secara
rasional bagaimana mengoptimalkan status kesehatan, sehingga berbagai upaya
dilakukan melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) seperti
diantaranya : menemukan cara penyembuhan berbagai penyakit, penemuan obat-obat
baru, teknik kedokteran yang lebih mutakhir, pengenalan dan antisipasi penyakit
yang lebih dini dan berbagai hal tentang upaya mewujudkan status kesehatan yang
lebih baik dan menyeluruh bagi setiap masyarakat.
Dilihat dari perspektif
ekonomi, sisi penting mengenai faktor kesehatan bagi manusia akan berkaitan
erat dengan kualitas sumber daya manusia (quality of human
resources) itu sendiri. Tinggi rendahnya kualitas sumber daya
manusia SDM akan ditentukan oleh status kesehatan, pendidikan dan tingkat
pendapatan per kapita (Juwita, 2003). Dalam kegiatan perekonomian, ketiga
indikator kualitas sumber daya manusia tersebut secara tidak langsung juga akan
berimbas pada tinggi rendahnya produktifitas sumber daya manusia, dalam hal ini
khususnya produktifitas tenaga kerja .
Melihat kekayaan Indonesia dibidang kemaritiman pada dipandang perlu
untuk mengoptimalkan pengelolaannya sehingga dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat pesisir. Dengan meningkatnya perekonomian masyarakat pesisir
tersebut maka kesejahteraannya pun turut berkembang.
BAB III
METODE PENULISAN
Pencarian
Pustaka
Penyusunan
gagasan tertulis ini dilakukan melalui studi literatur dari berbagai referensi
baik yang diperoleh dari media cetak maupun elektronik yang terkait dengan
teknologi, sosial ekonomi masyarakat pesisir dan lingkungannya.
Analisis
Setelah
mendapatkan sumber-sumber yang terkait dengan judul, maka selanjutnya dilakukan
analisis, mulai dari menganalisis keterkaitan antara subjek satu dengan subjek
lain dan mekanisme subjek yang satu memperngaruhi subjek yang lain sesuai
dengan judul.
Sasaran
Penulisan
Adapun sasaran utama dari penulisan
paper ini adalah masyarakat pesisir
namun juga di dalamnya tidak terlepas dari unsur pemerintah dan masyarat
umum.
Tahapan
Penulisan
Tahap penulisan karya ilmiah
ini berawal dari pengumpulan pustaka yang kemudian dirangkai sedemikian rupa
secara sistematis, selanjutnya dilakukan juga konsultasi dengan dosen
pendamping. Dosen pembimbing merupakan salah satu pendukung kesuksesan
suatu kegiatan, utamanya kegiatan penulisan karya tulis ilmiah. Melalui dosen
pembimbing didapatkan gambaran tentang bagaimana seharusnya melangkah untuk
mewujudkan apa yang menjadi tujuan. Jadi peran pembimbing disini adalah untuk
mendapatkan alternatif penyelesaian permasalahan yang dihadapi dan memberikan
panduan sehingga penulisan karya tulis ini berjalan sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan.
Penarikan
Kesimpulan
Setelah menganalisis sumber yang ada
maka selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Potensi Sumber Daya Kelautan
1. Potensi Fisik
Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia
dipandang dari segi fisik, terdiri dari Perairan Nusantara seluas 2.8 juta km2,
Laut Teritorial seluas 0.3 juta km2. Perairan Nasional seluas 3,1 juta km2,
Luas Daratan sekitar 1,9 juta km2, Luas Wilayah Nasional 5,0 juta km2, luas ZEE
(Exlusive Economic Zone) sekitar 3,0 juta km2, Panjang garis pantai lebih dari
81.000 km dan jumlah pulau lebih dari 18.000 pulau (Kusumastanto Tridoyo, 2001).
2.
Potensi Pembangunan
Potensi Wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang
dari segi Pembangunan adalah sebagai berikut (Tridoyo dan Satria, 2000):
a. Sumberdaya
yang dapat diperbaharui seperti; Perikanan (Tangkap, Budidaya, dan Pascapanen),
Hutan mangrove, Terumbu karang, Industri Bioteknologi Kelautan dan Pulau-pulau
kecil.
b. Sumberdaya
yang tidak dapat diperbaharui seperti; Minyak bumi dan Gas, Bahan tambang dan
mineral lainnya serta Harta Karun.
c.
Energi Kelautan seperti; Pasang-surut,
Gelombang, Angin, OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion).
d. Jasa-jasa
Lingkungan seperti; Pariwisata, Perhubungan dan Kepelabuhanan serta Penampung
(Penetralisir) limbah.
3.
Potensi Sumberdaya Pulih (Renewable Resource)
Potensi wilayah pesisir dan lautan lndonesia
dipandang dari segi Perikanan meliputi; Perikanan Laut (Tuna/Cakalang, Udang,
Demersal, Pelagis Kecil, dan lainnya) sekitar 4.948.824 ton/tahun, dengan
taksiran nilai US$ 15.105.011.400, Mariculture (rumput laut, ikan, dan
kerang-kerangan serta Mutiara sebanyak 528.403 ton/tahun, dengan taksiran nilai
US$ 567.080.000, Perairan Umum 356.020 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$
1.068.060.000, Budidaya Tambak 1.000.000 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$
10.000.000.000, Budidaya Air Tawar 1.039,100 ton/tahun, dengan taksiran nilai
US$ 5.195.500.000, dan Potensi Bioteknologi Kelautan tiap tahun sebesar US$
40.000.000.000, secara total potensi Sumberdaya Perikanan Indonesia senilai US$
71.935.651.400 dan yang baru sempat digali sekitar US$ 17.620.302.800 atau 24,5
%. Potensi tersebut belum termasuk hutan mangrove, terumbu karang serta energi
terbarukan serta jasa seperti transportasi, pariwisata bahari yang memiliki
peluang besar untuk dikembangkan (Kusumastanto Tridoyo,2001).
4.
Potensi Sumberdaya Tidak Pulih (Non Renewable Resource)
Pesisir dari Laut Indonesia memiliki cadangan minyak
dan gas, mineral dan bahan tambang yang besar. Dari hasil penelitian BPPT
(1998) dari 60 cekungan minyak yang terkandung dalam alam Indonesia, sekitar 70
persen atau sekitar 40 cekungan terdapat di laut. Dari 40 cekungan itu 10
cekungan telah diteliti secara intensif, 11 baru diteliti sebagian, sedangkan
29 belum terjamah. Diperkirakan ke-40 cekungan itu berpotensi menghasilkan
106,2 miliar barel setara minyak, namun baru 16,7 miliar barel yang diketahui
dengan pasti, 7,5 miliar barel di antaranya sudah dieksploitasi. Sedangkan
sisanya sebesar 89,5 miliar barel berupa kekayaan yang belum terjamah. Cadangan
minyak yang belum terjamah itu diperkirakan 57,3 miliar barel terkandung di
lepas pantai, yang lebih dari separuhnya atau sekitar 32,8 miliar barel terdapat
di laut dalam. Sementara itu untuk sumberdaya gas bumi, cadangan yang dimiliki
Indonesia sampai dengan tahun 1998 mencapai 136,5 Triliun Kaki Kubik (TKK).
Cadangan ini mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun 1955 yang hanya sebesar
123,6 Triliun Kaki Kubik. Sedangkan Potensi kekayaan tambang dasar laut seperti
aluminium, mangan, tembaga, zirconium, nikel, kobalt, biji besi non titanium, vanadium,
dan lain sebagainya yang sampai sekarang belum teridentifikasi dengan baik
sehingga diperlukan teknologi yang maju untuk mengembangkan potensi tersebut
(Tridoyo dan Ramli, 2000).
5.
Potensi Geopolitis
Indonesia memiliki posisi strategis, antar benua yang
menghubungkan negaranegara ekonomi maju, posisi geopolitis strategis tersebut
memberikan peluang Indonesia sebagai jalur ekonomi, misalnya beberapa selat
strategis jalur perekonomian dunia berada di wilayah NKRI yakni Selat Malaka,
Selat Sunda, Selat Lombok, Selat Makasar dan Selat Ombai-Wetar. Potensi
geopolitis ini dapat digunakan Indonesia sebagai kekuatan Indonesia dalam
percaturan politik dan ekonomi antar bangsa (Tridoyo dan Karim, 2000).
6.
Potensi Sumberdaya Manusia
Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia
dipandang dari segi SDM adalah sekitar 60 % penduduk Indonesia bermukim di
wilayah pesisir, sehingga pusat kegiatan perekonomian seperti: Perdagangan,
Perikanan tangkap, Perikanan Budidaya, Pertambangan, Transportasi laut, dan
Pariwisata bahari. Potensi penduduk yang berada menyebar di pulau-pulau
merupakan aset yang strategis untuk peningkatan aktivitas ekonomi antar pulau
sekaligus pertahanan keamanan Negara (Kusumastanto Tridoyo,2001).
Pelayanan
Kesehatan Masyarakat Pesisir
Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia dilanda
krisis moneter yang pada
saat
ini telah berkembang menjadi krisis ekonomi serta pelbagai krisis lainnya yang berpengaruh
pada berbagai aspek hidup dan kehidupan bangsa. Tercatat sebagai krisis moneter
atau krisis ekonomi tersebut, yang penyebab pertamanya tidak lain adalah karena
terpuruknya tukar rupiah terhadap dollar. Tidak kurang sekitar 49,5 juta jiwa
atau sekitar 24,2 % dari jumlah seluruh penduduk Indonesia pada saat ini hidup
di bawah garis kemiskinan (Juwita, 2003).
Berikut ini disampaikan uraian tentang pengaruh
krisis moneter atau krisis
ekonomi
tersebut terhadap kesehatan masyarakat serta terhadap kinerja pelayanan
kesehatan
masyarakat di Indonesia serta kemungkinan penyesuaian kebijakan yang akan
ditempuh pada masa yang akan datang. Uraian tentang pengaruh krisis
moneter
atau krisis ekonomi terhadap kesehatan masyarakat lebih diutamakan pada status
gizi serta perilaku kesehatan masyarakat. Sedangkan uraian tentang pengaruh
krisis moneter atau krisis ekonomi terhadap kinerja pelayanan kesehatan
masyarakat
lebih dititik beratkan pada kinerja Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas),
Bidan di Desa (BOO) serta terhadap kinerja Pos Pelayanan Terpadu
(Widyatma,
2010).
Untuk dapat memahami
pengaruh krisis moneter atau krisis ekonomi terhadap pelayanan kesehatan
masyarakat, perlulah dipahami dahulu apa yang dimaksud dengan pelayanan
kesehatan masyarakat (public health service). Secara
sederhana yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan
masyarakat adalah bagian
dari pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan
kegiatannya pada upaya peningkatan kesehatan serta pencegahan penyakit serta
lebih memusatkan perhatiannya pada pelbagai masalah kesehatan yang ditemukan di
masyarakat secara keseluruhan. Jika dibandingkan dengan pelayanan medis
(medical service) pelayanan kesehatan masyarakat memang mempunyai beberapa ciri
tersendiri. Ciri yang dimaksud serta perbedaannya dengan pelayanan medis,
secara sederhana diuraikan sebagai berikut (Widyatma, 2010) :
Sarana kesehatan yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan masyarakat disebut dengan nama sarana
kesehatan masyarakat. Untuk
Indonesia sarana kesehatan masyarakat ini adalah
Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) yang berada pada lini depan serta
dibantu oleh Dinas Kesehatan Tingkat II yang berada di Kabupaten/kotamadya
serta Dinas Kesehatan tingkat I
yang berada di Propinsi, sebagai sarana rujukan. Untuk
memperluas cakupan pelayanan Puskesmas, maka pada beberapa wilayah kerja yang
dinilai strategis didirikan Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Puskesmas
Pembantu) serta pada setiap desa ditempatkan Bidan di Desa. Sedangkan untuk
menggalang peranserta masyarakat yang merupakan salah satu ciri utama pelayanan
kesehatan masyarakat, didirikan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di setiap RW
atau desa. Pada saat ini tercatat tidak kurang dari sekitar 240.000 Posyandu
telah didirikan di seluruh Indonesia (Widyatma, 2010).
Pengaruh Krlsis Ekonomi Terhadap Kesehatan
Masyarakat Pesisir
Pengaruh krisis ekonomi
terhadap kesehatan masyarakat banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang
dinilai mempunyai makna yang penting adalah (Juwita, 2003):
1. Menurunnya status gizi masyarakat
Krisis ekonomi
menyebabkan harga barang dan jasa termasuk bahan makanan meningkat. Selanjutnya
penurunan daya beli menyebabkan konsumsi makanan berkurang sehingga status gizi
menurun. Penelitian di berbagai daerah telah membuktikan hal tersebut.
Pengamatan Posyandu di Sulsel menemukan KEP nyata balita daTi 5,7 % pada tabun
1997 meningkat menjadi 14,9 % tabun 1999.
Penurunan status gizi balita tersebut nyata sebagai
akibat kekurangan kalori/protein sesaat, terbukti dari hasil penelitian : angka
malnutrisi akut anak di bawah 2 tahun meningkat dari 9,9 % tabun 1997 menjadi
14,4 % tabun 1999. Penurunan status gizi akan mendatangkan berbagai masalah
ikutan sebagai berikut:
a.
Menghambat
pertumbuhan dan perkembangan fisik serta intelektual janin dan anak terutama
anak balita. Kekurangan gizi pada janin dan balita dapat menimbulkan loss
generation.
b.
Kekurangan gizi
pada ibu hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin.
c.
Kekurangan gizi
pada ibu nifas menghambat produksi ASI.
d. Kekurangan gizi pada masyarakat dapat menurunkan
daya tahan tubuh, memudahkan yang sehat menjadi sakit serta menghambat kesembuhan
bagi yang sakit.
2. Menurunnya
akses terhadap fasilitas pelayanan
Mengingat prioritas pendapatan keluarga untuk
membeli makanan, maka penyediaan biaya untuk pelayanan kesehatan mengalami
penurunan. Hal ini perbesar dengan meningkatnya tarif jasa pelayanan kesehatan
khususnya pada silitas swasta. Akibatnya akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan menurun dengan tajam.
3.
Menurunnya perhatian terhadap
lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi status kesehatan. Dengan adanya krisis menyebabkan perhatian
masyarakat terpusat pada kegiatan untuk mempertahankan hidup, sehingga
perhatian terhadap lingkungan menurun. Akibatnya sanitasi rumah, lingkungan
pemukiman, penyediaan air bersih mengalami penurunan yang tajam.
4.
Menurunnya partisipasi masyarakat
dalam berbagai kegiatan yang mendukung kesehatan
Mengurangnya perhatian masyarakat tidak terbatas
hanya pada lingkungan, tapi juga terhadap berbagai kegiatan yang mendukung
kesehatan, misalnya: Posyandu, Pos KB, Pos Obat dan lain-lain.
5.
Mengabaikan perilaku sehat
Keadaan krisis ekonomi dapat menimbulkan kondisi
pengabaian perilaku hidup sehat, misalnya : meningkatnya merokok, kebebasan
seksual, makan tidak
teratur
dan lain-lain.
6.
Munculnya masalah kesehatan lain
Krisis ekonomi dapat menimbulkan secara tak langsung
masalah kesehatan lain, misalnya: meningkatnya stress, cidera akibat tindak
kekerasan, penyakit hubungan seksual dan lain-lain.
Program
PEMP Suatu Contoh Pemberdayaan Masyarakat
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) selama dua
tahun terakhir menyelenggarakan suatu program nasional yang bernama Program
Pemberdayan Ekonomi Masyarakat Pesisir (Program PEMP). Pada tahun 2000, dengan
dana JPS, program ini dilakukan di 26 Kabupaten, tujuh propinsi. Pada tahun
2001 melalui Program Penanggulangan Dampak Pengurangan Sumbsidi Energi
(PPD-PSE) yang dialokasikan ke tujuh program, PEMP dilaksanakan di 125 kabupaten/kota
di 30 propinsi di Indonesia. Program PEMP ini bisa dikatakan sebagai suatu
program usaha perikanan terpadu, mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan
hingga evaluasi. Keterpaduan juga terwujud dalam hal kegiatan ekonomi produktif
yang dilakukan masyarakat yang memang tidak terfokus pada kegiatan tertentu
namun tersebar ke dalam kelompok kegiatan yang saling terkait. Demikian pula keterpaduan
diwujudkan melalui pelibatan stakeholder yang berasal dari berbagai
pihak, instansi
pemerintah,
masyarakat dan swasta. Berikut ini adalah uraian singkat tentang PEMP yang
kiranya dapat memberikan gambaran tentang baik keterpaduan pengelolaan
perikanan maupun keterpaduan produksi perikanan (Departemen Kelautan dan
Perikanan, 2004).
Tujuan dan Spektrum PEMP
Tujuan PEMP adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui penciptaan system produksi serta pengelolaan sumberdaya
perikanan yang menjamin kelangsungan ketersediaan sumberdaya serta kelangsungan
usaha perikanan yang berbasis masyarakat.
Setidaknya ada enam poin tujuan dari
pelaksanaan PEMP (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004):
1.
Mereduksi
pengaruh kenaikan harga BBM dan inflasi secara keseluruhan terhadap kondisi
sosial ekonomi nelayan, melalui peningkatan dan penciptaan usaha produktif
secara berkesinambungan.
2.
Meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat.
3.
Memperkuat
kelembagaan ekonomi masyarakat dalam mendukung pembangunan daerah.
4.
Memicu
usaha ekonomi produktif di desa pesisir.
5.
Mendorong
terlaksananya mekanisme manajemen pembangunan masyarakat yang partisipatif dan
transparan.
6.
Meningkatkan
kemampuan aparat dan masyarakat pesisir dalam mengelola pembangunan di
wilayahnya.
PEMP memiliki 4
kegiatan utama yaitu (Nikijuluw
Victor, 2001):
1.
Pengembangan
lembaga keuangan mikro di tingkat masyarakat yang bernama lembaga Mikro Mitra
Mina (M3). Lembaga ini pada awalnya adalah lembaga informal yang didirikan sendiri
oleh masyarakat serta dijalankan atau diorganisir oleh mereka sendiri.
2.
Pengembangan
usaha ekonomi produktif oleh kelompok pemanfaat yang merupakan kelompok-kelompok
kecil yang memiliki kesamaan usaha, aspirasi dan tujuan. Kegiatan ekonomi
produktif yang dilakukan tentu saja berdasarkan atas potensi sumberdaya alam
yang tersedia, peluang pasar, kemampuan dan penguasaan teknologi oleh
masyarakat, serta dukungan adat dan budaya. Bentuk-bentuk kegiatan ekonomi
produktif meliputi usaha budidaya ikan, penangkapan ikan, pengolahan ikan,
pemasaran ikan, serta usaha jasa yang mendukung seperti perbengkelan atau penyediaan
sarana produksi lainnya.
3.
Pelatihan dan
pengembangan kapasitas kelembagaan masyarakat lokal. Kegiatan ini dilakukan
untuk mempersiapkan masyarakat menjalankan program yang dilaksanakan. Agenda
pelatihan lebih banyak bermuatan non-teknis seperti peningkatan motivasi,
kerjasama kelompok, serta bagaimana merumuskan masalah dan menyampaikan pendapatan
secara tertulis maupun tidak tertulis.
4.
Pengembangan
model pemberdayaan pasca program yang diarahkan pada pengembangan jaringan
usaha antara masyarakat sasaran dengan kelompok lain, LSM, swasta, serta
pemerintah daerah.
Proses PEMP
Proses PEMP menyangkut penentuan daerah sasaran,
penentuan kelompok sasaran, pelibatan stakeholder, penentuan kegiatan
ekonomi produktif, pelaksanaan kegiatan ekonomi produktif, serta evaluasi dan
pemantauan sebagai dasar pengembangan kegiatan pasca program. 125 kabupaten
pelaksana program PEMP ditentukan oleh DKP berdasarkan atas datadata makro yang
meliputi jumlah nelayan (penduduk) miskin, potensi sumberdaya perikanan yang
dimiliki, penggunaan potensi perikanan yang dimaksud, kerusakan habitat, serta
ada tidaknya kemauan pemerintah dalam memprioritaskan pembangunan perikanan.
Hasil seleksi DKP dikomunikasikan dengan Bappenas dan DPR-RI. Pertimbangan lain
dalam pemilihan
kabupaten/kota
adalah distribusi seluruh Indonesia, artinya bahwa seluruh propinsi harus merupakan
daerah sasaran meskipun jumlah kabupaten/kota sasaran di setiap propinsi bisa berbeda
(Begen, 2001).
DKP,
sebagai instansi pemerintah pusat, hanya menentukan kabupaten dan kota sasaran.
Penunjukkan kecamatan dan desa serta kelompok masyarakat penerima program
adalah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah, dalam hal ini secara khusus
merupakan tanggung jawab instansi perikanan kabupaten/kota. Desa yang
ditentukan sebagai sasaran berdasarkan atas kriteria yang dikembangkan sendiri
oleh pemerintah kabupaten/kota. Kriteria utama yang harus dipertimbangkan
adalah jumlah orang miskin yang ada di setiap desa. Pemerintah bersama
masyarakat desa menentukan kelompok sasaran program PEMP ini. Mereka yang
mungkin merupakan sasaran kelompok ini adalah mereka yang paling rentan kegiatan
ekonominya akibat memburuknya situasi ekonomi negara pada akhir-akhir ini (Begen, 2004).
Pertimbangan lain
adalah mereka yang memiliki kemauan untuk memperbaiki diri sehingga bisa keluar
dari kesulitan dan kemiskinan yang dialaminya. Masyarakatlah yang juga
menentukan kegiatan ekonomi yang mungkin dikembangkannya. Dalam hal ini
masyarakat dibantu atau difasilitasi oleh LSM atau konsultan lokal yang
ditunjuk sebagai pendamping masyarakat. LSM atau konsultan lokal ini dibiayai
oleh program PEMP, namun mereka diminta untuk bekerja di luar batas-batas
proyek, terutama pada pasca program nanti. Karena itu maka LSM dan konsultan
lokal diprioritaskan. Masyarakat terlibat penuh pada pengadaan sarana dan
prasarana produksi. Untuk itu, merekalah yang menentukan dimana harus membeli
barang-barang yang dibutuhkan mereka (Begen,
2004).
Demikian juga mereka
berhak menjual barang yang dihasilkan. Keterlibatan stakeholder perikanan yaitu
sejak perencanaan hingga evaluasi dan pengembangan program. Stakeholder utama
adalah nelayan atau masyarakat. Stakeholder lainnya adalah LSM, konsultan,
swasta lokal, serta instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah (Nikijuluw Victor, 2001).
Prinsip
Pengelolaan PEMP
Prinsip-prinsip
pengelolaan dan pengembangan Program PEMP adalah sebagai berikut (Nikijuluw
Victor, 2001):
1.
Pilihan kegiatan berdasarkan musyawarah
sehingga memperoleh dukungan masyarakat (acceptability)
2.
Pengelolaan kegiatan dilakukan secara terbuka
dan diketahui oleh masyarakat (transparancy).
3.
Pengelolaan kegiatan harus dipertanggung
jawabkan kepada masyarakat (accountability).
4.
Pengelolaan kegiatan dapat memberikan manfaat
kepada masyarakat secara berkelanjutan, (sustainability).
5.
Kegiatan dilaksanakan sebagai bentuk kepedulian atas beban
penduduk miskin (responsiveness).
6.
Penyampaian bantuan kepada masyarakat sasaran
secara cepat (Quick Disbursement).
7.
Proses pemilihan peserta dan kegiatan PEMP
dilakukan secara musyawarah (Democracy).
8.
Pemberian kesempatan kepada kelompok lain yang belum memperoleh
kesempatan, agar semua masyarakat merasakan manfaat langsung (Equality).
9.
Setiap ketentuan dalam pemanfaatan Dana
Ekonomi Produktif masyarakat diharapkan dapatmendorong terciptanya kompetisi
yang sehat dan jujur dalam mengajukan usulan kegiatan yang layak
(Competitiveness).
Pengembangan
Program
Jumlah desa
yang merupakan target program ini yaitu 370 di seluruh Indonesia. Sementara jumlah
rumah tangga yang dijangkau sekitar 15.000 hingga 20.000 keluarga. Mereka ini merupakan
kelompok yang akan diberdayakan seterusnya. Model yang sama dengan PEMP ini juga
dikembangkan untuk daerah-derah lain. Dengan mempertimbangkan sifat dan potensi
daerah maka beberapa varian pengembangan dan pemberdayaan masyarakat pesisir
atau nelayan adalah (Bengen, 2001):
1.
Pemberdayaan
perempuan nelayan.
2.
Pemberdayaan
masyarakat yang tergabung dalam organisasi keagamaan.
3.
Pemberdayaan
pemuda nelayan.
4.
Pemberdayaan
LSM nelayan.
5.
Pengembangan
akses pasar ke daerah yang memiliki kesamaan komoditas.
6.
Pengembangan
usaha non-perikanan sebagai bagian dari diversifikasi kegiatan ekonomi
masyarakat pesisir.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab
sebelumnya, maka kami menarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Potensi
sumber daya laut yang dimiliki oleh Indonesia sangat melimpah yang terdiri dari
potensi fisik , potensi pembangunan, potensi sumber daya pulih, potensi sumber
daya tidak pulih, potensi geopolitis dan potensi sumber daya manusia.
2.
Kebijakan otonomi daerah apabila berdiri sendiri belum bisa menjamin
kemajuan masyarakat pesisir karena masih memerlukan kebijakan lain dan
pengawasan demi tercapainya pemberdayaan sumber daya lokal.
3.
Dalam pengentasan kemiskinan masyarakat pesisir, telah banyak program-
program yang telah dilakukan salah satunya penanaman terumbu karang selain itu
juga ditambah dengan pengembangan lembaga-lembaga usaha yang berkaitan dengan
kelautan.
4.
Prinsip-prinsip
pengelolaan dan pengembangan Program PEMP adalah sebagai berikut :
1.
Pilihan
kegiatan berdasarkan musyawarah sehingga memperoleh dukungan masyarakat (acceptability)
2.
Pengelolaan
kegiatan dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat (transparancy).
3.
Pengelolaan
kegiatan harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat (accountability).
4. Pengelolaan kegiatan dapat memberikan
manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan, (sustainability).
5.
Kegiatan
dilaksanakan sebagai bentuk kepedulian atas beban penduduk miskin (responsiveness).
6. Penyampaian bantuan kepada masyarakat
sasaran secara cepat (Quick Disbursement).
7.
Proses
pemilihan peserta dan kegiatan PEMP dilakukan secara musyawarah (Democracy).
8.
Pemberian
kesempatan kepada kelompok lain yang belum memperoleh kesempatan, agar semua
masyarakat merasakan manfaat langsung (Equality).
9.
Setiap ketentuan dalam pemanfaatan Dana
Ekonomi Produktif masyarakat diharapkan dapatmendorong terciptanya kompetisi yang
sehat dan jujur dalam mengajukan usulan kegiatan yang layak (Competitiveness).
SARAN
Berikut saran-saran yang ingin penulis
sampaikan terkait pengembangan
masyarakat maritim indonesia:
1. Bahwa
potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang melimpah ruah hendaklah
dikelolah dengan efektif sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat
pesisir pada umumnya.
2. Kebijakan
yang diterapkan pemerintah selama ini perlu peninjauan lebih mendalam agar
pemanfaatan sumber daya maritim mendapatkan hasil yang jauh lebih baik dari
sebelumnya.
3. Salah
satu contoh pemberdayaan masyarakat pesisir adalah dengan program PEMP yang
dinilai mampu memperbaiki keadaan masyarakat pesisir.
DAFTAR PUSTAKA
Bengen, D.G. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Secara Terpadu, Berkelanjutan
dan Berbasis Masyarakat. Makalah pada Sosialisasi Pengelolaan Sumberdaya
Berbasis Masyarakat. Bogor, 21-22 September 2001.
Departemen Perikanan dan Kelautan. 2004.
Keputusan Menteri Perikanan dan Kelautan RI No 18 Tentang Program PEMP.
Jakarta.
Juanita. 2003. Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Pelayanan Kesehatan. Sumatera
Utara: USU digital library
Kusumastanto, T. 1998. Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Lautan Berbasis Masyarakat. PKSPL-IPB - Ditjen
Bangda Depdagri.
Kusumastanto, T. 2001. Pemberdayaan
Sumberdaya Kelautan, Perikanan dan Perhubungan Laut dalam Abad XXI. Bogor: IPB Darmaga.
___________ 2000. Peran LSM dalam
Rangka Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Makalah Diskusi, Bogor. 4 Maret
2000. Diselenggarakan PMII Komisariat IPB.
___________ 2002. Reposisi
"Ocean Policy" dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia di Era Otonomi
Daerah. Orasi Ilmiah Guru Besar Kebijakan Ekonomi, PKSPL-IPB. Bogor.
Kusumastanto, T. Dan Arif Satria, 2000. Sistem
Kuota Penangkapan lkan. Harian Umum Suara Pembaruan 21 Oktober 2000.
Kusumastanto, T dan Muhammad Karim,
2000. Skenario Investasi Tambak Udang. Majalah Komoditas. No.27 Tahun II
Tanggal 18 - 1 November 2000.
Kusumastanto, T dan Muhammad Ramli,
2000. Kebijakan Setengah Hati serta Kemakmuran Semu di Pesisir dan Lautan.
Warta Pesisir dan Lautan. PKSPL-IPB.
Nikijuluw Victor, 2001. Populasi
dan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir serta Strategi Pemberdayaan Mereka Dalam
Konteks Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Secara Terpadu. Bogor: IPB Bogor.
Rudyanto, Arifin. 2004. Kerangka Kerjasama dalam Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Laut.
Jakarta: buppenas.
Suyanto, Igit.
2005. Studi Implementasi Program
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (PEMP). Semarang : Tim DKP Kota
Semarang.
Widyatma. Andhika. P. 2010. Analisis Permintaan Penggunaan
Layanan Kesehatan. Semarang.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1.Ketua Kelompok
Nama : Rudianto
Tempat, tanggal
lahir : Ukke’e, 29 Desember 1992
Nim :
K21110308
Jurusan / fakultas : Ilmu Gizi/ Kesehatan Masyarakat
Perguruan tinggi : Universitas
Hasanuddin
Prestasi
Kepenulisan : PKM-K BAPAGI 2011
PKM-GT Buah Sukun 2011
Juara 1 lomba opini tingkat SMA 2008
2. Anggota 1
Nama : A. Tenri Kawareng
Tempat, tanggal
lahir : Sinjai, 13
Oktober 1992
Nim :
K21110901
Jurusan / fakultas : Ilmu Gizi/
Kesehatan Masyarakat
Perguruan tinggi : Universitas
Hasanuddin
Prestasi
Kepenulisan : Lomba diskusi ilmiah antar pelajar 2008
3. Anggota 2
Nama : Rosa Budiasri Sudiro
Tempat, tanggal
lahir : Tegal, 13
Mei 1991
Nim :
K21109279
Jurusan / fakultas : Ilmu Gizi/
Kesehatan Masyarakat
Perguruan tinggi : Universitas
Hasanuddin
Prestasi
Kepenulisan : KTI
tentang daun angsana, 2008
PKM-K Brownies Ikan
Gabus 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar