PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tantangan pembangunan suatu Bangsa adalah pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Upaya pengembangan kualitas SDM
dengan mengoptimalkan potensi tumbuh kembang masyarakat dapat dilaksanakan
secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat dapat
dilakukan secara efektif dan efisien serta dapat menjangkau semua sasaran yang
membutuhkan layanan (Depertmen Kesehatan RI, 2006).
Indonesia merupakan negara yang kaya akan industri kuliner yang tersebar
dari Sabang sampai Merauke. Setiap daerah memiliki kuliner dengan cita rasa
yang khas yang menjadikannya terkenal hingga ke kanca dunia. Mulai dari makanan
tradisional seperti pecel, gudep,
mpek-mpek, rendang, sate, coto, hingga makanan modern seperti pizza, burger, pan cake, spagethy
tersebar di Indonesia.
Industri kuliner di Indonesia begitu berkembang pesat namun hanya
sedikit yang mengedepankan cita rasa yang enak dan mengutamakan kesehatan. Hal
ini dapat dilihat dengan menjamurnya outlate
fast food dari pinggiran jalan hingga restaurant
berbintang, padahal kita telah
ketahui bersama bahwa fast food
merupakan makanan yang tidak sehat yang dapat berdampak pada timbulnya berbagai
penyakit.
Status gizi dan kesehatan merupakan salah satu faktor dari tiga faktor
utama yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), selain pendidikan
dan pendapatan (Azwar, 2004). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2009). Apabila jumlah zat gizi yang dikonsumsi tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi tubuh maka dapat menimbulkan masalah gizi yaitu gizi
kurang dan gizi buruk. Gizi kurang terjadi apabila asupan gizi lebih rendah
dari yang dibutuhkan tubuh, sedangkan gizi buruk terjadi apabila asupan gizi
sangat rendah.
Fast food merupakan makanan yang sangat
mudah ditemukan utamanya di daerah perkotaan. Sebut saja daerah Makassar, yang
dengan waktu sekejap kita dapat memperoleh makanan tersebut. Penyebaran fast food sebagai makanan modern dan
bergengsi kini telah mewabah pada masyarakat Makassar. Padahal ditinjau
dari aspek kesehatan dan kandungan gizi
yang terdapat pada fast food tersebut
sangatlah tidak seimbang dengan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Maka,
inilah salah-satu faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya masalah gizi.
Melihat permasalahan tersebut, ternyata pemilihan makanan yang akan
dikonsumsi sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Untuk itu,
maka dianggap perlu menciptakan suatu inovasi dan kreatifitas yang ideal untuk
diterapkan pada masyarakat sebagai suatu solusi pemecahan masalah dalam
pemberian alternatif tempat makan yang sehat dengan konsep edukasi nutrisi.
KASET “Kafe Sehat” Berbasis Edukasi
Nutrisi Persembahan untuk Masyarakat Makassar adalah
konsep gagasan yang kami tawarkan. Dengan hadirnya kaset ini, diharapkan mampu
menjadi alternatif solusi tempat makan yang ideal bagi masyarakat Makassar pada
khususnya sehingga dapat memperkecil prevalensi masalah gizi akibat kesalahan
konsumsi pangan. Disamping sebagai tempat makan yang sehat, gagasan ini juga
menitikberatkan pada konsep edukasi dan pendidikan nutrisi. Bagaimana kita
mengetahui dan memahami kandungan gizi yang terdapat dalam bahan pagan yang
kita konsumsi setiap harinya.
Tujuan
Karya tulis ini bertujuan untuk
memberikan solusi terhadap permasalahan kesehatan dan gizi yang terjadi pada
masyarakat Makassar karena kesalahan konsumsi pangan yang tidak sehat melalui KASET “Kafe Sehat” dengan
konsep edukasi nutrisi.
Manfaat
Manfaat karya tulis ini adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Makassar pada khususnya dan dapat
menambah pengetahuan dengan pemberian edukasi nutrisi. Gagasan ini juga dapat
dijadikan sebagai rekomendasi kepada
pemerintah untuk menurunkan prevalensi masalah gizi karena konsumsi pangan yang
tidak aman.
GAGASAN
Kondisi Kekinian
Masyarakat Makassar merupakan masyarakat
yang beragam. Baik dari sisi ekonomi, maupun sosial dan budaya. Salah-satu
budaya masyarakat Makassar adalah budaya mengonsumsi makanan-makanan yang fast food khususnya bagi kaum elit. Fast
food merupakan makanan yang diracik dengan kombinasi bahan dan bumbu dengan
tidak mempertimbangkan unsure kesehatan atau kandungan gizi yang terdapat dalam
setiap makanan pangan. Dengan mengonsumsi fast food, maka jelas hal tersebut
dapat membahayakan kesehatan dan dapat menimbulkan terjadinya suatu penyakit
yang tidak diinginkan.
Salah-satu yang menjadi pertimbangan
masyarakat memilih tempat dan lokasi makan yang ideal adalah konsep yang
ditawarkan. Saat ini, di kota Makassar masih sangat sedikit tempat makan yang
menawarkan konsep ideal dengan kombinasi makanan dengan cita rasa yang tinggi
tanpa meninggalkan unsur-unsur kesehatan dan kandungan gizi terhadap menu yang ditawarkan.
Kurangnya tempat makan yang ideal tentu menjadi dilema bagi masyarakat untuk
mengonsumsi makanan yang lesat tapi juga tidak membahayakan kesehatan.
Tempat makan yang ideal adalah tempat
dengan lokasi yang stategis yang mengusung konsep kepuasan masyarakat sebagai
konsumen baik dari segi cita rasa maupun segi kesehatan yang sangat vital.
Selain itu, kecenderungan masyarakat kota juga ingin praktis dan instan
khususya dalam segi konsumsi makanan. Mereka lebih memilih membeli makanan siap
saji dengan menggunakan pengawet dan pemanis buatan atau yang sering kita
dengar sebagai MSG daripada membuat dan meracik sendiri makanan dari
sumber-sumber pangan alami secara manual dan natural.
MSG merupakan berbagai kajian bumbu
penyedap rasa dengan menggunakan bahan kimia yang sebenarnya dapat membahayakan
kesehatan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Dengan mengonsumsi
makanan yang mengandung MSG maka tentunya akan berakibat fatal bagi peningkatan
derajat mesehatan masyarakat khususnya di kota Makassar. Monosodium glutamat
atau MSG adalah salah satu bahan tambahan makanan yang digunakan untuk
menghasilkan flafour atau cita rasa yang lebih enak dan lebih nyaman ke dalam
masakan, banyak menimbulkan kontroversi baik bagi para produsen maupun konsumen
pangan karena beberapa bagian masyarakat percaya bahwa bila mengkonsumsi
makanan yang mengandung MSG, mereka sering menunjukkan gejala-gejala alergi. Di
Cina gejala alergi ini dikenal dengan nama Chinese Restaurant Syndrome (CRS)
(Sri Handayani, 1996).
Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat vital dan membutuhkan
perhatian dari berbagai pihak dalam penanganan dan pencegahannya. Salah-satu
pihak yang sangat berperan penting dalam peningkatan derajat kesehatan
masyarakat Makassar selain pemerintah adalah para mahasiswa dan akademisi yang
berlatarbelakang kesehatan khususnya ilmu gizi. Gizi merupakan suatu proses
organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses
pencernaan, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran
zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. (Supariasa, dkk,
2002).
Pemenuhan kebutuhan gizi mayarakat sangatlah penting dengan
memperhatikan konsumsi makanan yang masuk kedalam mulut. Melihat dan menelaah
masalah konsumsi pagan yang terjadi saat ini di kota Makassar sungguh sangatlah
sulit mendapatkan tempat makan yang sehat dalam mencapai keseimbangan status
gizi masyarakat.
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan
antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement)
oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan,
aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya). (Suyatno, 2009). Status gizi
adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau
perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, dkk, 2002).
Salah-satu solusi yang dapat kami
tawarkan gizinya sebagai mahasiswa yang notabenenya sebagai mahasiswa gizi
kesehatan masyarakat Universitas Hasanuddin dalam mengatasi keadaan masyarakat
dengan ketidak seimbangan status adalah konsep KASET “Kafe Sehat” Berbasis Edukasi Nutrisi Persembahan untuk
Masyarakat Makassar.
Solusi yang Pernah Ditawarkan
Melihat kondisi kesehatan
masyarakat Makassar yang digemparkan
dengan sulitnya menyeleksi dan menyaring makanan sehat yang dapat dikonsumsi,
ternya ada beberapa hal yang telah dilakukan dalam pencegahan dan
penanggulangan masalah tersebut, diantaranya adalah:
1.
Pemberian makanan tambahan
Pemberian makanan tambahan merupakan
salah-satu usaha yang telah dilakukan oleh pihak pemerintah dalam mencegah dan
mengatasi prevalensi masalah gizi di Makassar. Pada dasarnya, masalah gizi
sangat rentang terhadap anak-anak dan balita, untuk itu pemberian makanan
tambahan diberikan kepada balita dan anak-anak. Penyebaran jajanan anak-anak
(khususnya anak sekolahan) tentu tidak terlepas dari maraknya penyebaran bahan
toksik yang dicampur dalam makanan tersebut untuk itu, dengan PMT ini
setidaknya dapat memberikan asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh balita
dan anak-anak.
Tujuan dari pemberian makan tambahan
adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan status gizi balita dari keluarga
miskin. Menurut Depkes RI (1999) di dalam Handayani, mulasari, dan Nurdianis
(2008) sasaran PMT balita adalah balita berusia 12-59 bulan. Pemberian makanan
tambahan tersebut lamanya 90 hari (Depkes RI 2010).
Dalam pengoprasionalannya solusi ini
dipandang mampu memberikan pergerakan usaha pemecahan masalah gizi yang terjadi
di masyarakat. Akan tetapi solusi ini dianggap kurang efektif untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Makassar karena sasarannya hanya pada
golongan tertentu saja, yaitu anak-anak dan balita sementara masalah gizi juga
banyak terjadi pada kalangan usia lainnya. Untuk itu dibutuhkan suatu solusi
baru yang pengimplementasiannya menghimpun semua kalangan dan komponen
masyarakat.
Menurut Gesman, Hasanbasri, Lutfan dalam tulisannya berjudul
Penanggulangn Gizi Buruk Studi Keterlibatan Puskesmas dan Ninik Mamak
Alim Ulama Cerdik Pandai di Nagari Sungai Dareh Tahun 2008 mengatakan strategi
penanggulangan gizi buruk yang dilaksanakan oleh puskesmas masih sebatas
penanganan kasus atau strategi jangka pendek, penanganannya bersifat kuratif.
Program untuk mencegah balita yang berstatus gizi kurang akan terjun ke gizi
buruk sangat kurang, strategi yang ada hanya penanganan gizi buruk, cenderung
bersifat dalam kerangka “kondisi darurat” (emergency),
yang sama sekali tidak menyentuh konteks/akar masalah.
Oleh karena itu, agar lebih efektif maka
penanggulangan balita gizi kurang dan gizi buruk harus ditangani secara
komperhensip atau menyeluruh yang didukukung dengan formula makanan tambahan
yang lebih bernutrisi, bukan hanya sekedar pengobatan atau kuratif saat balita sudah dalam keadaan emergency namun harus dilakukan upaya preventif atau pencegahan agar balita tidak lagi mengalami masalah
gizi setelah sembuh dari gizi kurang dan gizi buruk. Artinya masyarakat tidak
terlalu bergantung sepenuhnya terhadap makanan tambahan yang diberikan oleh
pemerintah sebagai tambahan asupan nutrisi melainkan mereka juga dapat
menikmati sendiri berbagai formulasi makanan bergizi di kafe sehat yang kami
gagas.
2.
Sosialisasi ( penyampaian imformasi)
Semakin meningkatnya masalah gizi di
daerah Makassar membuat beberapa pihak merasa penting untuk turun tangan dalam
mengatasi. Salah-satu usaha yang paling memungkinkan dilakukan dalam mengurangi
masalah gizi yang diakibatkan oleh kesalahan konsumsi yang tidak selektif
adalah penyampaian informasi atau sosialisasi. Dalam pengimplementasiannya
metode ini dapat melalu komunikasi langsung atau dua arah (interaksi dan
diskusi) dapat pula berupa komunikasi satu arah. Sosialisasi langsung yang
dilakukan adalah diskusi dan interaksi ke sekolah-sekolah, dan instansi umum
serta masyarakat luas tentang bahaya mengonsumsi makanan yang mengandung toksik
atau zat racun serta pentingnya memilih makanan yang sehat dan bergizi tinggi
untuk dikonsumsi. Sementara sosialisasi tidak langsung dapat berupa poster,
pamphlet, majalah, surat kabar dan media massa lainnya.
Penyampaian informasi berupa sosialisasi
akan berdampak pada penambahan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya hidup
sehat dan selektif dalam memilih dan memilah makanan yang akan dikonsumsi. Akan
tetapi sosialisasi ini dianggap kurang efektif dan efisien karena hanya
beberapa waktu saja informasi yang
disampaikan tersebut bertahan dalam memori masyarakat. Setelah beberapa lama,
mereka akan kembali kepada kondisi yang tidak sehat serta hidup yang praktis dan
instan (khususnya masyarakat kota). Pengaplikasian informasi yang disampaikan
pun bisa jadi tidak dilaksanakan, hanya sekedar informasi setelah itu kembali
seperti sedia kala.
Gagasan
Baru
KASET “Kafe Sehat” Berbasis
Edukasi Nutrisi Persembahan untuk Masyarakat Makassar
KASET “Kafe Sehat” Berbasis Edukasi Nutrisi Persembahan untuk Masyarakat
Makassar merupakan suatu gagasan baru yang penulis
tawarkan bertujuan untuk menanggulangi dan mencegah masalah gizi dan konsumsi
pangan pada masyarakat Makassar melalui pemberian alternatif tempat makan yang
sehat tampa melupakan cita rasa yang enak.
Konsep yang kami
gagas adalah suatu inovasi baru dalam menyikapi keadaan masyarakat yang sangat
sulit mendapatkan makanan yang sehat dan bergizi. Arus modernisasi dan badai
globalisasi saat ini telah merubah pandagan masyarakat tentang makanan yang
dikonsumsi. Kebanyakan dari masyarakat saat ini lebih memilih makanan siap saji
dan instant tanpa memperhatikan lagi
unsur-unsur kesehatannya. Dengan hadirnya kafe sehat ini, diharapkan masyarakat
bisa lebih dekat dengan gizi. Masyarakat dapat menikmati berbagai hidangan
unik, sehat dan bergizi dengan cita rasa yang tetap enak dan tentunya harganya
yang ekonomis.
Varian menu yang
ditawarkan dalam kafe sehat ini merupakan karya dan inovasi mahasiswa program
studi Ilmu Gizi Universitas Hasanuddin yang telah diteliti terlebih dahulu
kandungan gizinya. Selain ini, bahan baku dalam pembuatan menu yang akan kami
tawarkan adalah bahan pangan lokal masyarakat Sulawesi-Selatan. Jadi selain
menciptakan suatu karya dan inovasi baru konsep kafe sehat juga dinilai sebagai
suatu alternatif solusi dalam pemanfaatan bahan pangan lokal yang efektif.
Adapun beberapa
menu yang kami tawarkan dalam konsep kafe sehat ini diantaranya adalah:
umbul-umbul mie pelangi ceria, moringa tea, brownis ikan bandeng biskuit kelor,
dll. Dengan nama dan tampilan yang menarik konsep kafe sehat ini sangat
berpeluang untuk diterapkan ditengah masyarakat kota Makassar. Kecenderungan
masyarakat untuk mencoba sesuatu menjadi sepak terjang dan peluang untuk
mengimplementasikan gagasan kafe sehat ini.
Selain
menghadirkan suatu inovasi produk pangan yang sehat dan bergizi konsep kefe
sehat ini juga menawarkan edukasi atau pendidikan kesehatan khususnya di bidang
gizi atau nutrisi. Edukasi nutrisi merupakan stategi yang kami usung untuk
lebih mendekatkan masyarakat dengan gizi. Dalam hal ini, kami menampilkan
slogan-slogan dalam bentuk brosur. Setiap menu yang kami sajikan dalam kafe
sehat ini juga dilengkapi dengan pemaparan tentang kandungan gizi yang
terkandung dalam produk tersebut serta berbagai informasi kesehatan lainnya
sehingga mereka tidak hanya sekedar makan saja tapi juga tahu dan pahan akan
kandungan gizi makanan yang mereka konsumsi.
Dengan
menampilkan kandungan gizi pada produk yang disajikan masyarakat sebagai
konsumen akan menyesuaikan konsumsi makanannya dengan zat gizi yang dibutuhkan.
Menurut Husaini (1997) Apabila makanan tidak cukup mengandung
zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan
menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan
berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi
menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan
ukuran otak yang juga kecil.
Konsep edukasi nutrisi yang kami
tawarkan tidak sekedar memaparkan kandungan gizi yang terdapat dalam menu yang
disediakan saja, tapi juga dengan menghadirkan pakar-pakar gizi (baik dari
mahasiswa, dosen atau berbagai pihak yang bergelut dalam bidang gizi) untuk
melakukan konsultasi gizi sehingga masyarakat akan tahu konsumsi makanannya
berdasarkan umur, berat badan dan faktor yang yang mempengaruhi konsumsi
makanan tersebut.
Faktor
umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan yang terjadi karena
kesalahan ini akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil
pengukuran berat badan dan panjang tidak akan berarti kalau penentuan umur yang
salah. Berdasarkan Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur yang digunakan
adalah tahun penuh dan untuk anak 0-24 bulan digunakan bulan penuh. Contoh:
Bulan usia penuh, Umur: 4 bulan 5 hari dihitung 4 bulan, dan 3 bulan 27 hari
dihitung 3 bulan.
Berat badan merupakan pengukuran yang terpenting pada bayi baru lahir.
Dan hal ini digunakan untuk menentukan apakah bayi termasuk normal atau tidak
(Supariasa,dkk, 2002). Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua
jaringan yang ada pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan tubuh, dll.
Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik pada sat ini untuk
mengetahui keadaa gizi dan tumbuh kembang anak.
Penentuan berat badan dilakukan dengan
cara menimbang. Alat yang digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai
berikut: (1) Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain, (2)
Mudah diperoleh dan relatif murah harganya, (3) Ketelitian penimbangan maksimum
0,1 kg, (4) Skalanya mudah dibaca, (5) Aman untuk menimbang balita.
Intinya, hadirnta kefe sehat ini akan memberikan manfaat ganda kepada
masyarakat. Selain menikmati makanan yang leasat dan bergizi mereka juga
mendapatkan berbagai informasi kesehatan dan konsultasi gizi terkait dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi makanan seseorang sebagai wujud
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Makassar Sulawesi-Selatan.
Pihak-Pihak
Yang dapat Mengimplementasikan Gagasan
Untuk mengimplementasikan gagasan ini
maka dibutuhkan kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak. Adapun pihak-pihak
yang terkait yaitu:
-
Pemerintah daerah
Pemerintah
daerah berperan sebagai pengambil kebijakan dan penanggung jawab program
penanggulangan masalah gizi di tingkat daerah dan pihak yang mendanai langsung
program melalui Angaran Pemerintah Belanja Daerah (APBD).
-
Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten/Profinsi
Dinas
Kesehatan berperan sebagai pengevaluasi program.
-
Dinas Pertanian
Dinas
Pertanian berperan menyediakan bahan tanaman pangan yang menjadi bahan dasar
pembuatan menu dalam KASET seperti kelor, ubi jalar dll malalui konversi lahan
pertanian.
-
Dinas Perikanan
Dinas
perikanan berperan dalam mengontrol penyediaan berbagai jenis ikan yang
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan menu kafe sehat seperti ikan bandeng
dll.
-
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
BPOM
berperan mengawasi dan mengontrol peredaran menu yang disiapkan dalam kafe
sehat ini yang diperuntukkan untuk masyarakat umum serta memeriksa aspek kualitas
dan kesehatan menu tersebut tersebut.
-
Lembaga penelitian
Lembaga
penelitian berperan meneliti kandungan gizi dari berbagai menu yang disediakan
agar aman dikonsumsi.
-
Akademisi
Peran
akademisi dalam pengimplementasian gagasan ini adalah sebagai konsultan atau
pihak yang akan melakukan konsultasi terhadap konsumen dan pengunjung kafe
sehat.
-
Pelaku industri
Dalam hal ini, pelaku industri diharapkan dapat bekerjasama
dalam memproduksi menu yang kami tawarkan secara besar-besaran sehingga dapat
memenuhi kebutuhan konsumen secara merata.
-
Masyarakat Makassar
Tidak
dapat dipungkiri bahwa peran masyarakat dalam menyukseskan gagasan ini
sangatlah penting. Pada posisinya, masyarakat dapat berperan sebagai konsumen
yang akan mengimplementasikan perilaku hidup sehat setelah berkunjung ke kafe
sehat.
Melalui
KASET “Kafe Sehat” berbasis edukasi
nutrisi ini diharapkan mampu mempercepat penurunan prevalensi masalah gizi pada
masyarakat kota Makassar sebagaimana yang telah ditetapkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 yang menargetkan
penurunan prevalensi kekurangan gizi (gizi kurang dan gizi buruk) adalah
<15,0% pada Tahun 2014 (Sarjunani, 2009). Secara garis besar
pengimplementasian gagasan ini melibatkan triple helix yaitu: pemerintah,
akademisi dan pelaku industrI (ITB, 2011).
Langkah-Langkah
Startegis Implementasi Gagasan
•
Pertemuan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
membahas solusi mengatasi penyebaran makanan yang tidak sehat dan berbahaya
•
penyampaian gagasan sebagai suatu program dan
solusi kepada pemerintah Pemerintah Kota Makassar
•
Sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya
mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi serta menginformasikan akan dampak
dan bahaya yang ditimbulkan bila mengonsumsi makanan yang tidak sehat
(mengandung zat-zat kimia yang berbahaya)
•
Penyiapan anggaran program KASET "Kafe
Sehat" berbasis edukasi nutrisi
•
Survey dan pencarian/penyiapan bahan baku
pembuatan menu yang ditawarkan
•
Pembuatan dan formulasi menu yang ditawarkan
•
Penelitian zat dan kandungan gizi produk yang
dihasilkan
•
Penyetujuan dalam pendistribusian atau produksi
produk oleh BPOM.
•
launcing atau pembukaan perdana
KASET "Kafe Sehat" berbasis edukasi nutrisi
•
Penyediaan menu yang ditawarkan dan pembagian
brosur kepada konsumen
•
konsultasi edukasi gizi terhadap pengunjung oleh
pihak akademisi
KESIMPULAN
KASET “Kafe Sehat” Berbasis Edukasi
Nutrisi Persembahan untuk Masyarakat Makassar merupakan suatu konsep gagasan
yang dinilai mampu menjadi solusi pengadaan tempat makan yang sehat dan bergizi
tanpa meninggalkan cita rasa yang least dan nikmat. Selain sebagai suatu
alternatif solusi tempat makan yang unik gagasan ini juga mengusung konsep
edukasi nutrisi yang pengimplementasiannya berupa pemberian konsep tentang
informasi kesehatan serta konsultasi edukasi gizi oleh pihak-pihak yang
bergelut dalam bidang nutrisi dan gizi.
Dalam pengaplikasiannya KASET “Kafe
Sehat” Berbasis Edukasi Nutrisi melibatkan berbagai komponen masyarakat mulai
dari pemerintah (dinas kesehatan, dinas pertanian, dinas perikanan, Badan
Pengawa Obat dan Makanan (BPOM)), akademisi (mahasiswa, dosen, dan peneliti)
serta berbagai pelaku industri dan masyarakat umum khususnya masyarakat kota
Makassar. Keterkaaitan antara pihak yang terlibat bagaikan suatu sistem yang
saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Tanpa adanya kerjasama antara
pihak yang terlibat maka gagasan ini tidak dapat terimplementasikan dengan
baik.
Dengan
hadirnya KASET “Kafe Sehat” Berbasis Edukasi Nutrisi ini, diharapkan menjadi
suatu solusi dalam meningkatkan derajat kesehatan suatu bangsa sehingga
terciptalah generasi yang sehat dan cerdas. Konsep yang unik tentunya dapat
menjadi sepak terjang dalam menarik konsumen untuk datang dan berkunjung ke
kafe sehat ini. Dengan begitu pencapaian indonesia sehat secara cepat dapat
terwujud.
DAFTAR
PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2009.
Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan 9. Jakarta: PT SUN.
Anonymous. 10
Langkah Utama Tatalaksana Kep Berat /Gizi Buruk. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/nutrition/2059092-10-langkah- utamatatalaksana-kep
diakses tanggal 30 Oktober 2011
Azwar, A. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi
dan Tantangan di Masa Depan, Derjen Bina Kesehatan Masyarakat Departemen
Kesehatan. Jakarta.
Departemen Kesehatan R.I. 1999.
Petunjuk Teknis Program Jaring Pengaman Sosial Bidang
Kesehatan. Jakarta : Depkes R.I.
Departemen Kesehatan R.I. 2000.
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) bagi bayi.
Jakarta: Dirjen Binakesmas
Depkes R.I.
Depkes RI. 2006. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi
2006-2010 Diluncurkan. http://digilib.litbang.depkes.go.id
Depkes RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Jakarta.
http://www.depkes.go.id.
E-book Forum Satya Daya. Keterlibatan
Triple Helix Dalam Pelaksanaan Kreativitas Masyarakat. Bandung: ITB.
Gesman,
Hasanbasri, Lutfan. 2008. Penanggulangn Gizi Buruk Studi
Keterlibatan Puskesmas dan Ninik
Mamak Alim Ulama Cerdik Pandai di Nagari Sungai Dareh.Jogjakarta: UGM.
Handayani, Muasari, Nurdianis.
2008. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT. Penebar
Swadaya.
Handayani, Sri. 1996. Bahaya
MSG Dalam Bahan Makanan. Medan: USU Library.
Husaini. 1997. Gizi dan
kesehatan masyarakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Mamak, Ninik. Strategi
Penaggulangan Gizi Buruk. Pengaruh Fkator Umur dalam
Penilaian Status Gizi.
Puslitbang Gizi Bogor. 1998.
Prevalensi Gizi Berdasarkan Umur. Jakarta.
Sarjunani, Nina. 2009.
Rancangan RPJMN 2010-2014 Kesehatan. Proses Penyusunan
& Materi
Kebijakan, http://www.litbang.depkes.go.id
Supariasa dkk. 2002.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Individu.
Jogjakarta: PT. Nusantara.
Suyatno. 2009. Pengetahuan
Dasar Penilaian Status Gizi. Jakarta: PT. Indeks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar