BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Mineral
merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan
fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara
keseluruhan. Kalsium, fosfor, dan
magnesium adalah bagian dari tulang, besi dari hemoglobin dalam sel darah
merah, dan iodium dari hormon tiroksin1.
Di
samping itu, mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama
sebagai kofaktor dalam aktifitas enzim-enzim. Keseimbangan ion-ion mineral di
dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan pekerjaan enzim-enzim,
pemeliharaan keseimbangan asam basa, membantu transfer ikatan-ikatan penting
melalui membran sel dan pemeliharaan kepekaan otot dan saraf terhadap
rangsangan1.
Unsur
mineral juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Dalam proses
pembakaran, bahan-bahan organik terbakar tetapi zat anorganiknya tidak, karena
itulah disebut abu. Meskipun banyak dari elemen-elemen mineral telah jelas
diketahui fungsinya pada makanan ternak, belum banyak penelitian sejenis dilakukan
pada manusia. Karena itu peranan berbagai unsur mineral bagi manusia masih
belum sepenuhnya diketahui2.
Untuk menentukan kandungan
mineral bahan makanan, bahan harus dihancurkan atau didestruksi terlebih
dahulu. Cara yang biasa dilakukan yaitu pengabuan kering (dry ashing) dan pengabuan basah (wet digestion). Pemilihan cara tersebut tergantung pada sifat zat
organik dalam bahan, sifat zat anorganik yang ada dalam bahan, mineral yang
akan dianalisis serta sensivitas cara yang digunakan2.
Analisis
terhadap mineral biasanya dibedakan atas dua yaitu analisis terhadap mineral
secara umum (general method) dan
analisis terhadap trace element yang
biasanya dibahas dalam analisis kontaminasi. Namun biasanya kedua analisis ini
menggunakan persiapan sampel yang sama. Prosedur penetapan umumnya berbeda
untuk masing-masing mineral2.
Melalui percobaan ini, kita dapat
mengidentifikasi kadar mineral dalam suatu bahan pangan dengan melakukan metode
pengabuan kering. Identifikasi kadar mineral nantinya berguna di dalam
penentuan mutu dari bahan pangan tersebut.
I.2
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:
1. untuk mengetahui kadar Fe dalam serealia dan
kacang-kacangan.
2. untuk mengetahui kadar Zn dalam serealia dan
kacang-kacangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mineral adalah
senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral termasuk
tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral
termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang
sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya
tidak termasuk)1.
Mineral digolongkan ke dalam mineral
makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan oleh
tubuh dalam jumlah lebih 100 mg sehari,
sedangkan mineral makro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Jumlah mineral
mikro dalam tubuh kurang dari 15 mg. Hingga saat ini dikenal sebanyak 24
mineral yang dianggap esensial. Jumlah itu setiap waktu bisa bertambah. Walaupun
bahan makanan mengandung berbagai mineral untuk keperluan tubuh, namun tidak
semuanya dapat dimanfaatkan. Hal ini bergantung pada ketersediaan biologiknya
yaitu ketersediaan biologik adalah tingkatan zat gizi yang dimakan yang dapat
diabsorpsi oleh tubuh. Sebagian zat gizi mungkin tidak mudah dilepaskan saat
makanan dicerna atau tidak diabsorpsi dengan baik1.
Mineral dalam bahan makanan dapat
ditetapkan jenis dan jumlahnya dengan berbagai metode. Secara garis besar
metode-metode tersebut dapat kita kelompokkan menjadi 2 yaitu2:
1.
Metode kimia
2.
Metode
kolorimetri
Prosedur penetapan umumnya berbeda untuk
masing-masing mineral, dan untuk jenis mineral penetapannya ada yang dapat
dilakukan dengan menggunakan kedua cara di atas atau salah satunya. Penetapan
metode mana yang akan kita pakai sangat tergantung kepada berbagai faktor, di
antaranya2 :
1.
Jenis mineral
yang akan dianalisis.
2.
Kepekaan dan
ketetapan yang diminta.
3.
Beban dan jumlah
sampel yang harus dianalisis.
4.
Sumber daya
manusia yang ada, termasuk keterampilan dan pengalaman dari operator.
5.
Fasilitas
peralatan yang tersedia.
6.
Biaya yang
diperlukan.
7.
Peraturan
pemerintah yang mungkin mensyaratkan analisis dengan metode tertentu.
8.
Biaya
pemeliharaan.
9.
Peraturan
pemerintah.
Sampai sekarang
telah diketahui ada empat belas unsur mineral yang berbeda jenisnya diperlukan
manusia agar memiliki kesehatan dan pertumbuhan yang baik. Yang telah pasti
adalah natrium, klor, kalsium, fosfor, magnesium, dan belerang. Unsur-unsur ini
terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang cukup besar dan karenanya disebut
mineral makro. Sedangkan unsur mineral lain seperti besi, mangan, iodium,
tenbaga, zink, kobalt, dan fluor hanya terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang
kecil saja, karena itu disebut trace
element atau mineral mikro. Tiga elemen lainnya yaitu aluminum, boron, dan
vanadium telah ditemukan dalam jaringan hewan, tetapi belum tuntas benar
pendapat para ilmuwan apakah elemen-elemen tersebut benar-benar mempunyai
fungsi khusus dalam tubuh manusia1. Dalam tubuh, mineral-moneral ada
yang bergabung dengan zat organik, ada pula yang berbentuk ion-ion bebas. Di
dalam tubuh unsur mineral berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur2.
Untuk menetapkan mineral dari bahan yang
telah digiling halus, terlebih dahulu bahan tersebut harus dihancurkan atau
didestruksi untuk meghilangkan bahan-bahan anorganik (mineral). Ada dua
prosedur dekomposisi yaitu pengabuan basah (wet
ashing) dan pengabuan kering (dry ashing).
Tergantung dari sifat zat organic yang terkandung dalam bahan, jenid mineral
yang akan dianalisis, serta sensifitas metode analisis yang akan digunakan
(Muchtadi,1989). Pengabuan kering dapat diterapkan pada hampir semua analisis
mineral kecuali merkuri dan arsen. Cara ini membutuhkan sedikit ketelitian dan
ammpu menganalisis bahan lebih banyak daripada pengabuan basah. Pengabuan
kering dapat dilakukan untuk menganalisis kandungan Ca, P, dan Fe, akan tetapi
kehilangan K dapat terjadi apabila suhu yang digunakan terlalu tinggi. Oleh
karena itu, untuk menganalisis K, harus dihindari pemakaian suhu lebih tinggi
dari 4800 C. Suhu 4500
C tidak dapat digunakan jika akan menganalisis kandungan seng. Penggunaan suhu
yang lebih tinggi juga akan menyebabkan beberapa mineral menjadi tidak larut
(misalnya timah putih)2.
Mineral dalam
jumlah berlebihan dapat menyebabkan keracunan (toksik). Pekerja tambang bila
tidak berhati-hati dapat mengalami keracunan mineral, terutama mangan. Sifat
toksik ini perlu mendapat perhatian dalam penggunaan suplemen mineral3.
Kadar
abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam
suatu bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu garam organik dan garam
anorganik. Yang termasuk dalam garam organik misalnya garam-garam asam mallat.
Oksalat, asetat, pektat. Sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk
garam fosfat, karbonat, khlorida, sulfat, nitrat. Selain kedua garam tersebut,
kadang-kadang mineral berbentuk sebagai senyawaan kompleks yang bersifat
organik3.
Komponen mineral dalam suatu bahan
sangat bervariasi baik macam dan jumlahnya. Beberapa contoh mineral sebagai
berikut3:
1.
Kalsium (Ca)
Di antara
komponen mineral yang ada, Ca relative tinggi pada susu dan hasil olahannya,
serealia, kacang-kacangan, ikan, dan telur serta buah-buahan. Sebaliknya bahan
yang kandungan Ca-nya sedikit adalah gula, pati, dan minyak.
2.
Fosfor (P)
Bahan yang
kaya akan fosfor adalah susu dan olahannya, daging ikan, daging unggas, telur,
dan kacang-kacangan.
3.
Besi (Fe)
Bahan yang
kaya mineral Fe adalah tepung gandum, daging, unggas, ikan, seafood, dan telur.
Sedangkan makanan yang sedikit
mengandung Fe adalah susu dan hasil olahannya, buah-buahan, dan sayur-sayuran.
4.
Sodium (Na)
Bahan yang
banyak mengandung Na adalah garam yang banyak digunakan sebagai ingredient
(bumbu), salted food.
5.
Potassium (K)
Bahan yang
banyak mengandung mineral K ialah susu dan hasil olahannya, buah-buahan,
serealia, daging, ikan, unggas, telur, dan sayur-sayuran.
6.
Magnesium (Mg)
Bahan yang
banyak mengandung Mg adalah kacang-kacangan, serealia, sayur-sayuran,
buah-buahan, dan daging.
7.
Belerang (S)
Banyak
terdapat dalam bahan yang kaya akan protein seperti daging, kacang-kacangan,
dan telur.
8.
Kobalt (Co)
Bahan yang
kaya mineral Co adalah sayur-sayuran dan buah-buahan.
9.
Zinc (Zn)
Bahan
makanan hasil laut (seafood) merupakan bahan yang banyak menagndung unsure Zn.
Penentuan konstituen mineral dalam bahan
hasil pertanian dapat dibedakan menjadi dua tahapan yaitu : penentuan abu dan
penentuan komponen. Analisis terhadap mineral biasanya dibedakan
atas dua yaitu: analisis terhadap mineral secara umum (general method), dan analisis terhadap trace element yang biasanya dibahas dalam analisis kontaminasi,
namun biasanya kedua analisis ini menggunakan persiapan sampel yang sama4.
Untuk tujuan
gizi, umumnya praktis untuk menyatakan
konsentrasi mineral yang terdapat dalam makanan atau produk makanan dalam basis
berat basah. Bahan dipecah-pecah atau
dihomogenisasi secara mekanik, dan suatu sub sampel ditimbang untuk assay.
Namun untuk kebanyakan tujuan lain, berat air dalam bahan dikeluarkan dan hasil
analisis dinyatakan dalam basis berat kering4.
Hasil
pertanian secara kimia tersusun atas komponen komponen
penting seperti karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral. Senyawa-senyawa tersebut
dijadikan sebagai suatu sumber energi dan pembangun sel bagi tubuh manusia maupun hewan. Oleh karena itu,
sangat diharapkan bahan hasil pertanian tetap dapat mempertahankan isi kandungannya sampai bahan dikonsumsi. Kandungan nilai gizi bahan hasil pertanian secara langsung dapat dipengaruhi oleh
peristiwa yang berlangsung secara biologis, misalnya
perkecambahan biji. Untuk berlangsungnya
perkecambahan diperlukan energi. Energi pertumbuhan
diperoleh dari karbohidrat dan protein serta lemak yang ada dalam biji tersebut. Olehkarena itu pada setiap perkecambahan, kandungan senyawa penting akan
berkurang4.
Ada tiga fungsi utama mineral yaitu5:
1.
Sebagai kompenen utama tubuh
(structural element) atau penyusun kerangka tulang, gigi dan otot-otot. Ca, P,
Mg, Fl dan Si untuk pembentukan dan pertumbuhan gigi sedang P dan sekolah luar
biasa untuk penyusunan protein jaringan.
2.
Merupakan unsur dalam cairan tubuh
atau jaringan, sebagai elektrolit yang mengatur tekanan osmuse (Fluid balance),
menegatur keseimbangan basa asam dan permeabilitas membran. Contoh adalah Na,
K, Cl, Ca dan Mg
3.
Sebagai aktifator atau terkait
dalam peranan enzyme dan hormon.
Mineral
adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral
termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral.
Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat
yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik
biasanya tidak termasuk). Ilmu yang mempelajari mineral disebut mineralogi. Agar dapat diklasifikasikan sebagai mineral sejati, senyawa
tersebut haruslah berupa padatan dan memiliki struktur kristal. Senyawa ini
juga harus terbentuk secara alami dan memiliki komposisi kimia yang tertentu.
Definisi sebelumnya tidak memasukkan senyawa seperti mineral yang berasal dari
turunan senyawa organik. Mineral adalah suatu unsur atau senyawa yang dalam
keadaan normalnya memilili unsur kristal dan terbentuk dari hasil proses
geologi5.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Pedoman Praktikum Analisis
Bahan Makanan. Laboratorium Terpadu FKM UNHAS: Makassar.
2. Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip
Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
3. Dwiari, Sri Rini, dkk. 2008. Teknologi
Pangan. Departemen Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan : Jakarta.
4.
Buckle, K.A.,
Edwards, R.A., Fleet, G.H., Wooton, M., 1985. Ilmu Pangan.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
5. Muchtadi,
R.Tien dan Sugiyono. 1992. Ilmu
Pengetahuan Bahan Pangan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar