BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Daging
adalah salah satu komoditi pertanian yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
tubuh akan zat gizi protein dimana protein daging mengandung susunan asam amino
yang lengkap. Secara umum konsumsi protein dalam menu rakyat Indonesia
sehari-hari masih di bawah kebutuhan minimum, terutama protein hewani.
Rendahnya jumlah yang dikonsumsi disebabkan oleh harga protein hewani yang
relative lebih mahal dan sumber dayanya yang terbatas1.
Daging didefinisikan sebagai urat
daging (otot) yang melekat pada kerangka, kecuali urt daging bagian bibir,
hidung, dan telinga, yang berasal dari hewan yang sehat sewaktu dipotong.
Menurut Food and Drug Administration,
daging merupakan bagian tubuh yang berasal dari ternak sapi, babi atau domba
yang dalam keadaan sehat dan cukup umur untuk dipotong, tetapi hanya terbatas
pada bagian musculus yang berserat, yaitu yang bersal dari musculus skeletal
atau lidah, diafragma, jantung dan esophagus, tidak termasuk bibir, moncong,
telinga, dengan atau tanpa lemak yang menyertainya, serta bagian-bagian dari
tulang, urat, urat syaraf, dan pembuluh-pembuluh darah1.
Komposisi daging
berbeda-bedatergantung dari jenis hewan, umur, jenis kelamin, dan bagian mana
daging diambil. Dalam daging juga mengandung mineral-mineral seperti kalsium,
magnesium, kalium, natrium, fosfor, klor, besi, belerang, tembaga dan mangan.
Vitamin yang terdapat dalam daging terutama vitamin B, vitamin A,D,E,K selain
itu juga mengandung pigmen pemberi warna merah (mioglobin)2.
Berdasarkan penjelasan sinngkat diatas
maka dilakukanlah praktikum untuk mengidentifikasi bahan pangan khususnya
daging. Bagaimana tekstur daging yang baik dan jelek serta mengetahui berbagai
informasi mengenai kesegaran suatu daging.
I.2 Tujuan Percobaan
1. Untuk
mengetahui keempukan dan tekstur daging.
2. Untuk mengetahui kesegaran daging
dengan menggunakan uji H2S dan uji eber.
3. Untuk
mengetahui komposisi zat gizi daging berdasarka perhitungan DKBM.
4.
Untuk
mengetahui hasil olahan
daging secara organoletik yang meliputi bentuk, kemasan, warna, tekstur, bau,
rasa, dan merek kemudian lakukan perbandingan dan hitung kandungan zat gizinya
berdasarkan perhitungan konversi DKBM.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Daging adalah
salah satu komoditi pertanian yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tubuh
akan zat gizi protein atau sebagai protein hewani yang mengandung susunan asam
amino yang lengkap1.
Pada
umumnya daging kuda, sapi dan kerbau mulutnya sama. Daging kuda warnanya lebih
tua daripada daging sapi. Seratnya agak kasar, baunya seperti biji kemiri.
Daging kerbau lebih kasar seratnya daripada daging sapi, warnanya hampir sama
dengan daging sapi dan baunya lebih keras. Daging babi keadaanya lebih lunak
daripada daging sapi, warna lebih merah, serat daging lebih halus dan lebih
banyak mengandung lemak1.
Komposisi
daging berbeda-beda tergantung dari jrenis hewan, umur, jenis kel;amin dan
bagian mana daging di ambil. Dalam daging juga mengandung mineral-mineral
seperti kalsium, magnesium, kalium, natrium, fosfor, khlor, besi, belerang,
tembaga, dan mangan. Vitamin yang terdapat dalam daging terutama vitamin B, A,
D, E, K selain itu juga mengandung pigmen pemberi warna merah (mioglobin)1.
Secara
umum konsumsi protein dalam menu rakyat Indonesia sehari-hari masih di bawah
kebutuhan minimum, terutama protein hewani. Rendahnya jumlah yang di konsumsi
disebabkan oleh harga protein hewani yang relatif lebih mahal dan sumber
dayanya yang terbatas2.
Daging
didefinisikan sebagai urat daging (otot) yang melekat pada kerangka, kecuali
urat daging bagian bibir, hidung, dan teliga yang berasal dari hewan yang sehat
sewaktu dipotong. Menurut “ Food and Drug Administration’’, daging merupakan
bagian tubuh yang berasal dari ternak sapi, babi atau domba yang dalam keadaan
sehat dan cukup umur untuk di potong, tetapi hanya terbatas pada bagian
muskulus yang berserat, yaitu yang berasal dari muskulus skeletal atau lidah,
diafragma, jantung dan usofagus, tidak termasuk bibir, moncong, telinga, dengan atau tanpa lemak yang meyertainya, serta bagian-bagian dari
tulang, urat, urat syaraf, dan pembuluh-pembuluh darah2.
Istilah
daging umumnya dibedakan dari karakas. Perbedaan pengertian daging dengan
karakas terletak pada kandungan tulangnya. Pengertian daging dengan karakas
terletak pada kandungan tulangnya. Daging biasanya sudah tidak mengandung
tulang, sedangkan karakas adalah daging yang belum dipisahkan dari
tulang/kerangkanya. Hal ini diperjelas dengan pengertian karkas menurut FAO/WHO
tahun 1974, yang di maksud dengan karkas adalah bagian tubuh hewan yang telah
di sembelih, utuh, atau di belah sepanjang tulang belakang, di mana hanya
kepala, kaki, kulit, organ bagian dalam (jeroan), dan ekor yang dipisahkan2.
Daging
merupakan sumber protein yang berkualitas tinggi, mengandung vitamin B, dan
mineral, khususnya besi. Secara umum dapat dikatakan bahwa daging terdiri dari
air dan bahan-bahan padat. Bahan padat daging terdiri dari bahan-bahan yang
mengandung nitrogen,mineral, gram, dan abu. Lebih kurang 20 % dari semua bahan
padat dalam daging adalah protein2.
Daging dan karkas merupakan sesuatu yang berbeda, dimana salah satu
perbedaan mendasarnya adalah terletak pada kandungan tulangnya, daging biasanya
sudah tidak mengandung tulang lagi dalam hal ini antara daging dan
rangka/tulangnya sudah dipisahkan sementara karkas masih menyatu antara daging
dan tulang maupun rangkanya2.
Ada
lima tahap yang dilalui dalam memperoleh karkas yaitu2:
1. inspeksi ante mortem.
2. Penyembelihan.
3. Penuntasan darah.
4. Dressing.
5. Dan inspeksi paska mortem.
Inspeksi ante mortem merupakan pemeriksaan penyakit dan kondisi abnormal
ternak sebelum disembeli. Kondisi ternak sebelum disembeli harus terbebas dari
penyakit dan luka, bergizi baik, tidak lapar, tidak stress, cukup istirahat,
serta kulitnya bersih dan kering2.
Prinsip
penyembelihan adalah pemotongan pembuluh darah, jalan nafas, serta jalan
makanan. Pada saat penyembelihan ternak harus dalam keadaan tenang,
pelaksanaanya sebaiknya secepat mungkin. Kebersihan selama proses penyembelihan
bertujuan untuk mengurangi kontaminasi oleh mikroba. Penuntasan darah harus
sempurna, karena bakteri dari usus dan darah yang tertinggal akan menyerang2.
Setelah ternak disembelih, penyediaan
oksigen ke otot terhenti sebagai akibat berhentinya kerja jantung dan aliran
darah. Akibat kedua dari berhentinya aliran darah ini ialah bahwa persediaan
glikogen tidak ada lagi di otot, dan hasil sisa metabolism tidak dapat
dikeluarkan dari otot. Jadi otot yang hidup itu mengalami perubahan besar
sebagai akibat penyembelihan. Perubahan-perubahan itu dapat disebutkan sebagai
berikut3 :
1.
Perubahan suhu.
2.
Perubahan pH.
3.
Rigor Mortis.
Dressing adalah pemisahan bagian kepala, kulit, dan jeroan dari tubuh
ternak. whole cuts adalah cara
pemotongan daging berikut tulang dari bagian karkas menjadi potongan-potongan
dalam ukuran yang mudah untuk ditangani. Karkas sapi sebelum meninggalkan rumah
potong hewan biasanya dibelah menjadi dua sepanjang garis tengah tulang
punggung. Belahan-belahan karkas tersebut selanjutnya dipotong lebih lanjut masing-masing
menjadi dua potongan bagian depan dan dua potongan bagian belakan3.
Daging
telah diketahui sebagai bahan yang mudah rusak, hal ini disebabkan karena
komposisi gizinya yang baik untuk manusia maupun mikroorganisme, dan juga
karena pencemaran permukaan pada daging oleh mikroorganisme perusak. Sampai
saat ini, suhu rendah selalu digunakan untuk memperlambat kecepatan
berkembangnya pencemaran permukaan dari tingkat awal sampai ke tingkat akhir
dimana terjadi kerusakan. Waktu yang diperlukan untuk perkembangan
mikroorganisme semacam itu merupakan ukuran ketahanan penyimpanan3.
Daging dapat tercemar oleh beberapa
spesies dari bakteri aerob dan anaerob. Termasuk dalam gram positif aerob,
berspora, ialah Basillus subtilis;
dan dari gram negatif, aerob, tidak berspora adalah dari species Escherecia, Aerobacter, dan Proteus. Micrococci dan Sarcine, bersifat anaerob dari genus Clostridium juga adanya jamur dan ragi. Banyaknya mikroorganisme
tersebut karena di dalam daging mengandung kelembapan yang tinggi, kaya akan
sumber nitrogen, penyedia akan mineral-mineral serta mempunyai pH yang cocok
bagi pertumbuhan mikroorganisme. Patogenita dan patologi Salmonella typhosa dan Salmonella
paratyphosa A serta Salmonella Schottmulleri (Salmonella
paratyphosa B dulu) infektif
terhadap manusia. Sebagian besar Salmonella
bersifat patogen pada binatang yang merupakan sumber infeksi pada manusia.
Binatang tersebut meliputi: unggas, babi, binatang pengerat, sapi, binatang
piaraan (dari kura–kura sampai burung kakatua), dan binatang lainnya3.
Daging sangat penting dalam konsumsi manusia,
karena daging merupakan salah satu pemasok utama protein, vitamin dan mineral.
Selain pertimbangan gizi, daging mempunyai pengertian sosio-ekonomis tertentu.
Mengkonsumsi daging memberikan nilai sosial yang tinggi dalam masyarakat.
Daging secara organoleptik memberikan penampilan (appearance), rasa (flavor),
dan sifat-sifat yang berkaitan dengan rasa yang dikehendaki oleh manusia3.
Daging mudah sekali mengalami kerusakan
mikrobiologi karena kandungan gizi dan kadar airnya yang tinggi, serta banyak
mengandung vitamin dan mineral. Kerusakan pada daging ditandai dengan perubahan
bau dan timbulnya lendir yang biasanya terjadi jika jumlah mikroba menjadi
jutaan atau ratusan juta sel atau lebih per 1 cm2 luas permukaan
daging. Kerusakan mikrobiologi pada daging terutama disebabkan oleh pertumbuhan
bakteri pembusuk dengan tanda-tanda sebagai berikut3:
1.
Pembentukan lendir.
2.
Perubahan warna.
3.
Perubahan bau menjadi busuk karena pemecahan protein
dan terbentuknya senyawa-senyawa.
4.
Berbau busuk seperti amonia, H2S, dan
senyawa lain-lain.
5.
Perubahan rasa menjadi asam karena pertumbuhan bakteri
pembentuk asam.
6.
Ketengikan yang disebabkan pemecahan atau oksidasi
lemak daging.
Pada
daging yang telah dikeringkan sehingga nilai awnya rendah, misalnya daging asap
atau dendeng, kerusakan terutama disebabkan oleh pertumbuhan kapang pada
permukaan. Pada daging yang dikalengkan, kerusakan dapat disebabkan oleh
bakteri pembentuk spora yang kadang-kadang membentuk gas sehingga kaleng
menjadi kembung4.
Unggas sebagai salah satu makanan sumber protein sangatlah penting untuk
kita konsumsi. Dimana protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting
bagi tubuh, karena zat ini di samping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh
juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber
asam-asam amino yang mengandung unsure-unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki
oleh lemak ataupun karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor,
belerang dan ada jenis protein yang mengandung unsure logam seperti besi dan
tembaga4.
Di dalam tubuh, protein mempunyai
peranan yang sangat penting. Fungsi utamanya sebagai zat pembangun atau
pembentuk struktur, misalnya untuk pembentukan kulit, otot rambut, membran sel,
jantung, hati, ginjal, dan beberapa organ penting lainnya. Kemudian terdapat
pula protein yang mempunyai fungsi khusus, yaitu protein yang aktif. Beberapa
di antaranya adalah enzim yang berperan sebagai biokatalisator, hemoglobin
sebagai pengangkut oksigen, hormon sebagai pengatur metabolisme tubuh, dan
antibodi untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit. Kekurangan protein
dalam jangka waktu lama dapat mengganggu berbagai proses metabolisme di dalam
tubuh serta mengurangi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit5.
Protein terdiri atas rantai-rantai
panjang asam amino, yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Asam
amino terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen; beberapa
asam amino di samping itu mengandung unsur-unsur fosfor, besi, sulfur, iodium,
dan kobalt. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein, karena terdapat di dalam
semua protein tetapi tidak terdapat di dalam karbohidrat dan lemak. Unsur
nitrogen merupakan 16% dari berat protein5.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Sirajuddin,
Saifuddin dan Zakaria. 2011. Pedoman
Praktikum Analisis Bahan Makanan. Universitas Hasanuddin: Makassar.
2.
Muchtadi, R.Tien dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Institut
Pertanian Bogor: Bogor.
3.
Buckle,
K.A., dkk. 2007. Ilmu Pangan.
Universitas Indonesia: Jakarta.
4.
Winarno, F.G.2004. Kimia
Pangan Dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
5.
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar