Sabtu, 26 November 2011

PENGERTIAN KEGEMUKAN DAN OBESITAS


          Orang seringkali menyamakan pengertian kegemukan (overweight) dengan obesitas. Padahal keduanya merupakan hal yang berbeda walaupun sama-sama menggambarkan kelebihan berat tubuh. Kegemukan adalah kondisi berat tubuh melebihi berat tubuh normal. Sementara obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing-masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh.
Berdasarkan distribusi lemak dalam tubuh, ada dua jenis bentuk tubuh. Bentuk android (bentuk apel) adalah bentuk tubuh yang dihasilkan oleh timbunan lemak pada pinggang, rongga perut (visceral), dan bagian atas perut. Bentuk tubuh android lazim ditemukan pada pria. Timbunan lemak di bagian perut dapat mengakibatkan obesitas abdominal atau obesitas sentral. Bentuk yang kedua adalah gynecoid (bentuk pir), yaitu bentuk tubuh akibat tumpukan lemak di bagian bawah perut seperti pinggul, pantat, dan paha. Bentuk tubuh ini umumnya dialami oelh wanita.
Selain itu juga dikenal obesitas hipertropik (hypertrophic obesity) yang diakibatkan oleh meningkatnya kandungan lipid adiposit. Obesitas hipertropik umumnya terjadi pada orang dewasa. Sementara obesitas hiperplastik-hipertropik (hyperplastic-hypertrophyc obesity) terjadi akibat meningkatnya jumlah sel lemak dan kandungan sel lipid lemak. Obesitas jenis ini umumnya dialami oleh orang yang sejak usia muda sudah gemuk. Obesitas anak-anak (juvenil obesity) adalah hiperplastik (bertambahnya jumlah sel).

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEGEMUKAN DAN OBESITAS
          Beberapa faktor utama penyebab kegemukan adalah genetik, fisiologis, makanan, dan perilaku (gaya hidup). Dua faktor terakhir dapat dimodifikasi untuk menurunkan berat tubuh.
          Anak yang memiliki orang tua gemuk atau obes kemungkinan menderita kegemukan atau obesitas lebih tinggi daripada anak yang orang tuanya tidak obese. Kemungkinan tersebut menjadi lebih besar bila kedua orang tuanya menderita obesitas.
          Temuan terbaru menunjukkan bahwa faktor genetik berperan dalam pengaturan berat tubuh. Faktor genetik meningkatkan kerentanan seorang menderita obesitas ketika keadaan lingkungan memdorongnya untuk mengalami keseimbangan energi positif.
          Terdapat beberapa gen yang diketahui berkaitan dengan obesitas. Gen yang banyak mendapat perhatian para ahli dewasa ini adalah ob (obese) gen. Studi pada hewan menunjukkan bahwa ob protein leptin, suatu produk gen, dapat mengendalikan asupan pangan dan pengeluaran energi.
          Hukum I Termodinamika berlaku untuk keseimbangan energi di dalam tubuh: ”Energi yang disimpan sama dengan energi yang masuk minus nergi yang keluar”. Energi yang disimpan sama dengan energi yang masuk (energi termetabolisir) mewakili 90-95% dari energi pangan. Pada orang sehat atau yang tidak mengalami gangguan pencernaan, efisiensi penyerapan zat gizi makro (energi, protein, dan lemak) antara yang satu dengan yang lain hanya berbeda sedikit. Oleh karena itu, seseorang lebih gemuk dibandingkan orang lain bukan karena efisiensi penyerapannya lebih tinggi.
          Pola makan memberi andil yang besar terhadap kegemukan dan obesitas. Pola makan yang tinggi kalori dan lemak menyebabkan keseimbangan energi positif (terjadi penimbunan energi dalam bentuk lemak). Hal ini diperberat dengan kurangnya aktivitas fisik.
          Kemajuan teknologi berkontribusi pada meningkatnya pravalensi kegemukan atau obesitas. Terjadinya sarana pengangkutan, misalnya, menyebabkan orang lebih memilih naik kendaraan daripada berjalan kaki walaupun pada jarak yang tidak jauh. Orang lebih memilih naik tangga berjalan (escalator) atau lift untuk naik ke lantai yang lebih tinggi daripada naik tangga. Selain itu, diciptakan mesin-mesin yang dapat menggantikan tugas manusia makin ‘memanjakan’ manusia dan makin enggan menggunakan tenaganya. Akibatnya adalah menurunnya aktivitas fisik. Hal itu berarti makin sedikit energi yang digunakan dan makin banyak energi yang ditimbun.
KESEIMBANGAN LEMAK: PROSES KUNCI PENGATURAN BERAT TUBUH
          Berat penelitian epidemiologis telah menunjukkan hubungan positif antara asupan lemak dan berat tubuh. Pada orang yang aktivitas fisiknya rendah (santai), sensitivitas insulin yang tinggi berkaitan dengan penambahan berat tubuh. Orang ini memiliki respiratory quotient rata-rata yang tinggi. Kondisi ini mengindikasikan peningkatan pembakaran karbohidrat dan penurunan pembakaran lemak. Oleh karena itu, kelebihan asupan lemak maupun pembakaran lemak yang rendah adalah dua faktor yang mendorong bertambahnya berat tubuh.
          Di dalam tubuh, laju oksidasi lemak bergantung pada konsentrasi asam lemak bebas plasma. Namun, pemanfaatan deposit triasilgliserol pada berbagai jaringan, seperti  otot skeletal muga dipengaruhi oleh oksidasi lemak total. Mekanisme yang cenderung meningkatkan oksidasi lemak tubuh total adalah perbesaran massa jaringan adiposa. Meningkatnya asam lemak bebas yang dilepaskan ke sirkulasi darah pada penderita obesitas tidak berkaitan langsung dengan kuantitas jaringan adiposa. Peningkatan konsentrasi asam lemak bebas plasma terjadi paling jelas pada penderita obesitas abdominal. Keadaan ini sering berkaitan dengan resistensi insulin dan hiperinsulinemia.
          Peningkatan konsentrasi asam lemak plasma berkaitan dengan hiperinsulinemia (kelebihan insulin) adalah paradoks. Hal ini dikarenakan insulin adalah penghambat yang sangat efisien untuk mobilisasi asam lemak bebas. Daya pendorong lipolitik pada penderita obesitas abdominal mendominasi penghambatan aksi insulin. Jaringan adiposa visceral/lebih sensitif terhadap rangsangan lipolitik dibandingkan deposit lemak di bawah kulit (subcutaneous). Selain itu, sel dari jaringan adiposa visceral pada penderita obesitas abdominal adalah kelebihan asam lemak bebas di hati yang tampak pada sirkulasi portal. Hal ini merangsang glukoneogenesis yang selanjutnya meningkatkan glukosa hepatik. Keadaan ini mencerminkan resistansi insulin di hati.
          Selain menyebabkan masalah emosional dan psikologis seperti berkurangnya kepercayaan diri karena penampilan fisik ‘kurang menarik’, obesitas juga berdampak pada masalah fisiologis, yaitu meningkatnya risiko menderita berbagai jenis penyakit. Obesitas cenderung menjadi diabetonik (menyebabkan diabetes), terutama bila sudah berlangsung lama. Obesitas meningkatkan risiko menderita penyakit jantung koroner, hiperlipidemia, penyakit hati dan kantong empedu, osteoartritis, kanker, dan penyakit saluran pernapasan. Penderita obesitas juga berisiko lebih tinggi menderita hipertensi, encok, dan tidur mendengkur dibandingkan orang yang berat tubuhnya normal. Peningkatan taraf gliserida adalah dampak obesitas yang umumnya terjadi pada wanita.
          Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa tipe pangan yang kita masukkan ke dalam tubuh menentukan yang akan dibakar dan yang akan disimpan sebagai lemak tubuh. Pangan yang memiliki IG rendah memiliki dua keunggulan khusus bagi orang yang ingin mengurangi berat tubuh, yaitu (1) mengenyangkan dalam waktu yang cukup lama serta (2) mambantu membakar lebih banyak lemak tubuh dan lebih sedikit massa otot (body muscle). Menurunkan berat tubuh dengan cara mengonsumsi pangan ber-IG rendah lebih mudah karena tidak perlu menahan rasa lapar. Selain itu, apa yang dilepaskan adalah benar-benar lemak tubuh.
          Orang yang mengonsumsi pangan ber-IG rendah, meskipun asupan energinya sama, dapat mengalami penurunan berat tubuh lebih cepat daripada mengonsumsi pangan ber-IG tinggi. Bagaimana IG rendah bekerja? Temuan yang paling bermakna adalah efek yang berbeda dari kedua jenis pangan tersebut terhadap kadar insulin dalam darah. Potter, dkk (1981) menemukan bahwa cairan formula glukosa (IG tinggi) mengakibatkan respon insulin lebih cepat daripada produk kacang-kacangan (IG rendah). Makanan dengan IG rendah menyebabkan kadar insulin dalam aliran darah rendah. Insulin, selain mengatur kadar gula darah, juga berperan dalam hal kapan dan bagaimana lemak disimpan. Kadar insulin dalam darah yang tinggi sering dijumpai pada orang kegemukan (termasuk memiliki kadar lemak darah yang tinggi, baik kolesterol maupun trigliserida).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut