Buah sukun (Artocarpus
communis) merupakan komoditas sumber karbohidrat potensial, yang mempunyai
berbagai nama daerah, yaitu sakon (Aceh), suku (Nias), amu (Gorontalo), suu uek
(Rote), sukun (Jawa, Sunda, Bali), sunne (Seram) kuu (Sulawesi Utara), kundo
(Alor), karata (Bima), kalara (Sawu), Bakara (Sulawesi Selatan) (Dasi dan
Winamo 1992 dalam Mariska, dkk 2004; Ditjend PPHP 2003). Terdapat dua
jenis sukun, yaitu sukun tanpa biji dan sukun dengan biji (Rincón, et.al.,
2005). Di Indonesia, jenis pertama lebih populer dengan sebutan sukun
yang diolah menjadi berbagai produk makanan, sedangkan sukun dengan biji lebih
dikenal dengan sebutan kluwih dan biasanya dimanfatkan sebagai sayur (Litbang.riskesda).
Sukun dapat dijadikan
sebagai pangan alternatif karena keberadaannya tidak seiring dengan pangan
konvensional (beras), artinya keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan
produksi pangan konvensional. Sukun dapat dipakai sebagai pangan alternatif pada
bulan-bulan Januari, Pebruari dan September, dimana pada bulan-bulan tersebut
terjadi paceklik padi. Musim panen sukun dua kali setahun. Panen raya bulan
Januari - Februari dan panen susulan pada bulan Juli - Agustus. Di
Indonesia, daerah penyebaran hampir merata di seluruh daerah, terutama Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Mengingat penyebaran sukun terdapat di sebagian besar
kepulauan Indonesia, serta jarang terserang hama dan penyakit yang
membahayakan, maka hal ini memungkinkan sukun untuk dikembangkan. Sukun
mempunyai komposisi gizi yang relatif tinggi. Dalam 100 gram berat basah sukun
mengandung karbohidrat 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor
35,5%, kalsium 0,21%, besi 0,0026%, kadar air 61,8% dan serat atau fiber 2%.
Bagian yang bisa dimakan (daging buah) dari buah yang masih hijau sebesar 70
persen, sedangkan dari buah matang adalah sebesar 78 persen. Buah sukun yang
telah dimasak cukup bagus sebagai sumber vitamin A dan B komplek tetapi miskin
akan vitamin C. Kandungan mineral Ca dan P buah sukun lebih baik daripada
kentang dan kira-kira sama dengan yang ada dalam ubi jalar (Astawan,
2009).
Sukun dalam bentuk segar maupun tepung mempunyai nilai gizi utama yang
tidak kalah dengan bahan pangan lain. Selain itu, buah sukun juga kaya akan
unsur-unsur mineral dan vitamin yang sangat tubuh, yaitu kalsium (Ca),
Fosfor (P), Zat besi (Fe), vitamin B1, B2 dan vitamin C. Buah sukun juga
mengandung asam amino esensial yang tidak diproduksi oleh tubuh manusia,
seperti histidine, isoleusin, lysine, methionin, triptophan, dan valin. Jika
dibandingkan dengan pangan sumber karbohidrat lainnya, dalam beberapa hal,
sukun memiliki keunggulan, yaitu: kandungan protein sukun segar lebih tinggi
daripada ubi kayu, begitu pula kandungan karbohidratnya, lebih tinggi dari ubi
jalar atau kentang, dan dalam bentuk tepung, nilai gizinya kurang lebih setara
dengan beras (Tempo).
Tanaman sukun yang diambil buahnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan pokok,
dimana sukun merupakan tanaman asli Indonesia yang penyebaran tanaman sukun
dapat cocok ditanam di daerah tropis, dapat tumbuh di daerah pesisir pantai
serta banyaknya daerah-daerah yang ditanami sukun sehingga menunjuk-kan bahwa
bahan pangan alternatif ini sudah cukup lama dikenal masyarakat Indonesia,
sangat disayangkan bahwa kepopuleran sukun kalah dengan kentang sebagai makanan
cepat saji dimata anak-anak pada umumnya. Padahal manfaat sukun sebagai bahan
pangan alternatif telah dikenal sejak lama di Indonesia dan pada zaman
penjajahan Belanda sukun lebih populer sebagai pangan alternatif disamping
sebagai makanan sampingan (cemilan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar